JAKARTA – Panitia pelaksanaan tes kompetensi dasar dengan sistem computer assisted test (CAT)
di Kementerian PANRB dinilai telah melakukan berbagai upaya pengamanan
seketat mungkin, meminimalisir kemungkinan2 kecurangan. Panitia juga
memberikan pendekatan yang santai dalam memberikan penjelasan2 kepada
peserta sehingga mencairkan suasana tegang yang dihadapi peserta ujian
yg diakibatkan ketatnya pengamanan..
Hal itu dikemukakan anggota Tim audit
teknologi dari BPPT Zainul Azwar Effendi, menanggapi pelaksanaan CAT di
Kementerian PANRB tanggal 29 September 2013 – 1 Oktober 2013.
“Kementerian PANRB paham dengan berbagai kelemahan CAT, sehingga
melakukan antisipasi dengan baik,” ungkapnya dalam keterangan tertulis
yang diterima media ini.
Secara umum, ada 3 hal penting fasilitas penunjang CAT. Pertama,
tata letak ruangan2 yg ada menjadi kesatuan fasilitas memenuhi kaidah
pengamanan akses fisik pengguna secara berjenjang. Kedua, penyiapan
infrastruktur teknologi informasi (TI) dan prasaran mechanical engineering (ME) lainnya, dan ketiga, penyediaan sarana penunjang secara umum.
Menurut Zainul, hal yang paling mudah
tapi wajib adalah fasilitas no.3, yakni fasilitas penunjang, seperti
seperti toilet pria dan wanita kapasitasnya memadai. Demikian juga
dengan pos kesehatan dan pos satuan pengaman internal, serta parkir
kendaraan mencukupi.
Yang agak susah tapi vital adalah fasilitas no.2, yakni Infrastruktur IT yang meliputi perangkat server PC klien LAN beserta software terkait.
Meskipun sudah disyaratkan spesifikasi teknisnya oleh BKN tetapi untuk
dapat mewujudkan dengan kualitas prima dibutuhkan dana dan SDM yang
memadai. Demikian pula dengan prasarana ME, seperti sistem CCTV, Jammer HP, Display Monitoring scrore, Genset dan lain-lain.
Adapun yang paling susah menyiapkan
adalah fasilitas no.1, yakni tata letak ruangan. Di Kementerian PANRB,
ada pembagian zona ruangan berjenjang, dari yang paling umum dimana
semua orang bisa masuk s/d yang tertutup hanya boleh untuk petugas
tertentu saja. “Di sini diberlakukan secara tegas dan konsisten, dengan
tupoksi dan SOP yang jelas kepada setiap petugas. Hal ini sangat penting
agar pelaksanaan CAT sukses dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas,
transparansi, bebas KKN dan fairness,” tambah Zainul.
Dia mengakui, pelaksanaan seleksi CPNS
dengan metoda CAT mempunyai keuntungan antara lain nilai hasil score
ujian yang langsung saat itu juga dihasilkan, lebih akurat dan minim human error.
Tetapi ada juga kelemahannya, antara
lain tidak dapat dilasanakan bersamaan sekaligus karena keterbatasan
fasilitas yang ada. Dibutuhkan dana besar untuk investasi sarana
prasarana dan infrastruktur handal, seperti pasokan listrik stabil tidak
mati2, genset persediaan, perangkat komputer, aplikasi handal.
Akibatnya, pelaksanaan ujian memakan
waktu berhari-hari. Hal ini rentan terhadap kecurangan peserta ujian
yang memiliki kemampuan IT memadai sehingga dapat mengekploitasi
kelemahan program CAT untuk memperoleh scoreujian yang tidak wajar.
Kelemahan ini akan berdampak pada
kerugian lebih luas lagi, apabila cara eksploitasi tersebut menyebar
melalui jarigan sosial, sehingga ada kemungkinan sistem CAT berhenti di
tengah jalan sebelum perioda ujian berakhir.
Zainul menyarankan, bagi instansi
pemerintah yang melaksanakan CAT secara mandiri mensyaratkan instansi
penyelenggara menyediakan fasilitas beserta sarana prasarana yang
dibutuhkan. “Instansi bersangkutan harus cermat menyiapkannya karena
tidak ada fasilitas khusus yang dimiliki,” ujarnya. (ags/HUMAS MENPANRB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar