Palangkaraya, bimasislam--
Sebagus apapun kinerja pegawai Kementerian Agama, akan tetapi jika
gagal menjadi teladan yang baik di tengah masyarakat, maka akan
berdampak pada nama baik institusi. Demikian dikemukakan Wakil Menteri
Agama, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA di Palangkaraya, Selasa (16/7).
Wamenag mengatakan hal tersebut karena melihat bahwa ekspektasi
masyarakat terhadap pegawai Kementerian Agama demikian tinggi. “Backround Kemenag
itu seperti warna putih, jika ada noda hitam sedikit saja, maka akan
terlihat sangat mencolok.” Demikian Nasaruddin mengibaratkan.
Untuk
menjadi teladan yang baik di masyarakat tersebut, mantan Dirjen Bimas
Islam itu mengatakan bahwa pegawai Kemenag hendaklah lebih memposisikan
dirinya sebagai tokoh agama ketimbang sebagai birokrat. Alasannya,
sebagai tokoh agama seorang pegawai akan selalu merasa diawasi oleh
Tuhan selama 24 jam, dan tidak akan pernah pensiun hingga akhir
hayatnya. Sehingga ia akan senantiasa berbuat kebaikan di manapun ia
berada. Sedangkan sebagai birokrat, masyarakat hanya menghormatinya
karena kedudukan dan pangkat. Disitulah unik dan istimewanya pegawai
Kemenag, yaitu bisa menguasai mimbar, sekaligus menguasai mihrab.
Demikian
juga, pandangan masyarakat yang memosisikan pegawai Kemenag sebagai
orang yang serba tahu masalah agama. Hal ini hendaknya dapat memacu
pegawai Kemenag untuk terus menambah ilmu agamanya dengan rajin membaca.
Terlebih lagi jika ditambah dengan produktifitas dalam membuat karya
tulis.
Dalam
kesempatan yang sama, Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta ini juga berpesan hendaknya kebaikan itu diperkenalkan kepada
masyarakat dengan cara mempublikasikannya. Karena menurutnya, tidak
memperkenalkan kebaikan itu justru lebih banyak madharat-nya. Tetapi, Wamenag mengingatkan, jangan berlebihan.
Publikasi
atas prestasi-prestasi Kemenag adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban
kepada publik. “Ikhlas beramal bukan berarti menutup diri dari dunia
media”, imbuh Nasaruddin. Bahkan, tambahnya, media sosial ini sudah
diikuti oleh lebih dari 80 juta orang di Indonesia, tentu ini sangat
berpengaruh”. Oleh karena itu Wamenag berpesan agar prestasi dan
kebijakan-kebijakan Kemenag dipublikasikan, salah satunya melalui
website. “bukan tidak mungkin koran akan ditinggalkan oleh masyarakat
karena digantikan oleh internet. Publikasi adalah bentuk
pertangungjawaban kita kepada publik. Jangan hanya menjadi objek berita,
tapi jadilah subjek berita”.
Di
sisi lain, anggota The UK-Indonesia Advisory Team ini menegaskan bahwa
media juga sebagai jendela untuk mengintip kelemahan diri kita dimana
media bisa berfungsi untuk melihat diri kita dari sudut pandang orang
lain. Bahkan di era media sosial seperti sekarang, peran media menjadi
sangat penting. Oleh karena itu Wamen berpesan agar pegawai Kemenag
hendaknya tidak ketinggalan informasi. (SK@/foto:kemenag-kaltim)