Selamat Datang Di Tarojjumah.Com - Selamat Datang Di Tarojjumah.Com - Selamat Datang Di Tarojjumah.Com

Jumat, 19 Juli 2013

Pegawai Kemenag Hendaknya Lebih Memposisikan Sebagai Tokoh Agama Ketimbang Birokrat

Palangkaraya, bimasislam-- Sebagus apapun kinerja pegawai Kementerian Agama, akan tetapi jika gagal menjadi teladan yang baik di tengah masyarakat, maka akan berdampak pada nama baik institusi. Demikian dikemukakan Wakil Menteri Agama, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA di Palangkaraya, Selasa (16/7). Wamenag mengatakan hal tersebut karena melihat bahwa ekspektasi masyarakat terhadap pegawai Kementerian Agama demikian tinggi. “Backround Kemenag itu seperti warna putih, jika ada noda hitam sedikit saja, maka akan terlihat sangat mencolok.” Demikian Nasaruddin mengibaratkan.
Untuk menjadi teladan yang baik di masyarakat tersebut, mantan Dirjen Bimas Islam itu mengatakan bahwa pegawai Kemenag hendaklah lebih memposisikan dirinya sebagai tokoh agama ketimbang sebagai birokrat. Alasannya, sebagai tokoh agama seorang pegawai akan selalu merasa diawasi oleh Tuhan selama 24 jam, dan tidak akan pernah pensiun hingga akhir hayatnya. Sehingga ia akan senantiasa berbuat kebaikan di manapun ia berada. Sedangkan sebagai birokrat, masyarakat hanya menghormatinya karena kedudukan dan pangkat. Disitulah unik dan istimewanya pegawai Kemenag, yaitu bisa menguasai mimbar, sekaligus menguasai mihrab.
Demikian juga, pandangan masyarakat yang memosisikan pegawai Kemenag sebagai orang yang serba tahu masalah agama. Hal ini hendaknya dapat memacu pegawai Kemenag untuk terus menambah ilmu agamanya dengan rajin membaca. Terlebih lagi jika ditambah dengan produktifitas dalam membuat karya tulis.
Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga berpesan hendaknya kebaikan itu diperkenalkan kepada masyarakat dengan cara mempublikasikannya. Karena menurutnya, tidak memperkenalkan kebaikan itu justru lebih banyak madharat-nya. Tetapi, Wamenag mengingatkan, jangan berlebihan.
Publikasi atas prestasi-prestasi Kemenag adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. “Ikhlas beramal bukan berarti menutup diri dari dunia media”, imbuh Nasaruddin. Bahkan, tambahnya, media sosial ini sudah diikuti oleh lebih dari 80 juta orang di Indonesia,  tentu ini sangat berpengaruh”. Oleh karena itu Wamenag berpesan agar prestasi dan kebijakan-kebijakan Kemenag dipublikasikan, salah satunya melalui website. “bukan tidak mungkin koran akan ditinggalkan oleh masyarakat karena digantikan oleh internet. Publikasi adalah bentuk pertangungjawaban kita kepada publik. Jangan hanya menjadi objek berita, tapi jadilah subjek berita”.
Di sisi lain, anggota The UK-Indonesia Advisory Team ini menegaskan bahwa media juga sebagai jendela untuk mengintip kelemahan diri kita dimana media bisa berfungsi untuk melihat diri kita dari sudut pandang orang lain. Bahkan di era media sosial seperti sekarang, peran media menjadi sangat penting. Oleh karena itu Wamen berpesan agar pegawai Kemenag hendaknya tidak ketinggalan informasi. (SK@/foto:kemenag-kaltim)
Terima kasih telah berkunjung di blog kami.. Semoga bermanfaat!!