Jakarta (Pinmas) —- Sudah 15 tahun lamanya
demokrasi berjalan di Indonesia, dan telah banyak keinginan yang kita
capai. Salah satu tujuan demokrasi itu adalah untuk menegakkan keadilan
dalam berbangsa dan bernegara. Indonesia adalah salah satu negara yang
mengapresiasi agama dan demokrasi sehingga keduanya bisa berjalan secara
bersama-sama dalam kehidupan berbangsa dan bernega.
Hal ini ditegaskan Achmad Gunaryo, Kepala Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri Setjen Kementerian Agama ketika menyampaikan pesan uraian hikmah peringatan Nuzulul Qur’an di Istana Negara, Jakarta, Jumat (26/07) malam.
“Al-Quran banyak mengajarkan kebaikan pada manusia, salah satunya yang terkait dengan hukum demokrasi dalam bernegara,” tegas Gunaryo yang menyampaikan uraian hikmah dengan tema Kontekstualisasi Al-Quran dalam Hukum dan Kebebasan.
Menurut Gunaryo, Al-Quran mengajarkan kepada kita bahwa pembunuhan manusia terhadap manusia lain adalah kejahatan kemanusiaan. Hak-hak kebebasan berekspresi dan mengeluarkan pendapat juga diatur sedemikian rupa dalam Islam. “Kebebasan dalam Islam bukan kebebasan tanpa batas. Kode etik kebebasan dalam Islam adalah kebebasan yang bertanggungjawab,” terang Gunaryo.
Gunaryo menegaskan bahwa Indonesia adalah Negara Pancasila, bukan negara sekuler. Indonesia juga merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Di Indonesialah ajaran Islam dan nilai-nilai demokrasi bisa berjalan beriringan. “Indonesia adalah eksperimen bangsa lain dalam hal demokrasi,” ujar Gunaryo.
“Demokrasi adalah nikmat lain dari Allah Swt yang diberikan kepada Indonesa. Maka jangan sia-siakan nikmat itu,” tambah Gunaryo.
Dengan demokrasi yang baik, kata Gunaryo, apresiasi kehidupan dalam masyarakat dapat meningkat
dengan baik pula, dan itu sejalan dengan Al-Quran. Umat yang dibimbing oleh Al-Quran sudah selayaknya dapat menciptakan masyarakat yang rahmatan lil alamin. Al-Quran berpesan bahwa kita adalah sebaik-baik umat (khaira ummah).
“Jika dalam aplikasinya, kita belum menjadi khaira ummah, tentu bukan pesan Al-Quran yang salah, tapi cara memaknai dan beragama kita yang salah,” pesan Gunaryo. (arief)
Hal ini ditegaskan Achmad Gunaryo, Kepala Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri Setjen Kementerian Agama ketika menyampaikan pesan uraian hikmah peringatan Nuzulul Qur’an di Istana Negara, Jakarta, Jumat (26/07) malam.
“Al-Quran banyak mengajarkan kebaikan pada manusia, salah satunya yang terkait dengan hukum demokrasi dalam bernegara,” tegas Gunaryo yang menyampaikan uraian hikmah dengan tema Kontekstualisasi Al-Quran dalam Hukum dan Kebebasan.
Menurut Gunaryo, Al-Quran mengajarkan kepada kita bahwa pembunuhan manusia terhadap manusia lain adalah kejahatan kemanusiaan. Hak-hak kebebasan berekspresi dan mengeluarkan pendapat juga diatur sedemikian rupa dalam Islam. “Kebebasan dalam Islam bukan kebebasan tanpa batas. Kode etik kebebasan dalam Islam adalah kebebasan yang bertanggungjawab,” terang Gunaryo.
Gunaryo menegaskan bahwa Indonesia adalah Negara Pancasila, bukan negara sekuler. Indonesia juga merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Di Indonesialah ajaran Islam dan nilai-nilai demokrasi bisa berjalan beriringan. “Indonesia adalah eksperimen bangsa lain dalam hal demokrasi,” ujar Gunaryo.
“Demokrasi adalah nikmat lain dari Allah Swt yang diberikan kepada Indonesa. Maka jangan sia-siakan nikmat itu,” tambah Gunaryo.
Dengan demokrasi yang baik, kata Gunaryo, apresiasi kehidupan dalam masyarakat dapat meningkat
dengan baik pula, dan itu sejalan dengan Al-Quran. Umat yang dibimbing oleh Al-Quran sudah selayaknya dapat menciptakan masyarakat yang rahmatan lil alamin. Al-Quran berpesan bahwa kita adalah sebaik-baik umat (khaira ummah).
“Jika dalam aplikasinya, kita belum menjadi khaira ummah, tentu bukan pesan Al-Quran yang salah, tapi cara memaknai dan beragama kita yang salah,” pesan Gunaryo. (arief)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar