Selamat Datang Di Tarojjumah.Com - Selamat Datang Di Tarojjumah.Com - Selamat Datang Di Tarojjumah.Com

Sabtu, 13 April 2013

Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak



Pola Asuh Orang Tua
Oleh Muh. Rifai

a.      Pengertian pola asuh orang tua
Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan anaknya. Pendidikan dalam keluarga atau di rumah tangga merupakan pendidikan informal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar. Seseorang akan lebih banyak berada di rumah tangga atau keluarga dibandingkan di tempat-tempat lain. Peranan orang tua terutama ibunya sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Menurut Errickson “ perasaan aman hidup di dunia hanya mungkin dipunyai anak bila sejak dia lahir diliputi oleh suasana cinta kasih ( kasih sayang ) serta diterima oleh ibunya dengan kegembiraan dan keikhlasan “ ( Zahara Idris,1987:36 ).
Pola asuh orang tua terhadap anak mempunyai peran yang sangat besar terhadap perkembangan anak, karena anak mendapat banyak pelajaran dari keluarga, ia dilahirkan di keluarga dan mengenal hal-hal baru dari keluarga pula. Pola asuh orang tua yang baik akan membentuk perkembangan anak yang baik pula, sebaliknya pola asuh orang tua yang kurang baik akan membentuk anak mengalami yang kurang baik pula. Seperti contohnya orang tua yang jarang berkomunikasi dengan anak akan menjadikan anak kurang mampu bersosialisasi dengan baik dengan teman-temannya atau lingkungannya.
Kemampuan bahasa anak juga ikut terpengaruh jika dalam pengasuhannya orang tua yang jarang mengajak anak mengobrol, mengajari nama-nama benda, atau mengajari kosakata baru yang belum dikuasai anak. Anak usia dini memang belum mampu berbahasa secara maksimal layaknya bahasa orang dewasa, namun dalam perkembangannya orang tua harus sesering mungkin mengajak anak untuk berbicara, berkomunikasi meskipun anak belum mampu  berkomunikasi secara maksimal. Hal ini akan membantu anak untuk mempelajari kata-kata baru yang didengarnya meskipun dalam pengucapannya masih belum sempurna.
Segala sesuatu yang dilakukan keluarga atau orang tua kepada anak, akan merupakan pembinaan kebiasaan pada anak yang akan tumbuh menjadi tindakan moral dikemudian hari. Oleh karena itu orang tua diharapkan mampu menjadi contoh atau teladan yang baik bagi anak-anaknya agar mereka tumbuh menjadi anak yang dapat dibanggakan.
Menurut Nanang Fattah (2006 : 4) pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan anak usia dini berarti memanusiakan anak untuk menjadi manusia yang sempurna. Anak usia dini masih dalam pengawasan orang tua atau dalam hal ini pendidikan anak usia dini adalah tugas orang tua. Anak didik merupakan objek penting dalam ilmu pendidikan ( Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi,1997:116)
Dalam Islam orang yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik (Khoiron Rosyadi, 2004 : 172), sedangkan menurut Agnes Triharjaningrum ( 2007: 11) keputusan penentuan arah pendidikan dan proses tumbuh kembang anak berada di tangan orang tua sepenuhnya. Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional pasal 7 ayat 1 berbunyi orang tua berhak berperan dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan anak didiknya.Orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap perkembangan anaknya karena anak dilahirkan dan dibesarkan dalam sebuah keluarga tentunya oleh orang tua.
Seorang anak tumbuh sesuai dengan pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik (orang tua atau guru) pada masa kecilnya (,Muhammad Ibnu Abdul Suwaid, 262), hal ini berarti pola asuh orang tua sangat mempengaruhi dalam tumbuh kembang anak. Anak-anak sebagaimana orang dewasa adalah makhluk yang selalu membutuhkan dan memerlukan pendidikan (Ali Qaimi , 102).
Dalam mempelajari sesuatu mungkin anak mengalami kesulitan, untuk itu para pendidik terrmasuk orang tua harus waspada terhadap gejala-gejala kesulitan belajar yang mungkin dialami oleh anaknya (Hallen A,2002: 123)
Dalam pendidikan anaknya orang tua tidak boleh memaksakan kehendaknya, para orang tua menggunakan cara-cara baru dalam menyampaikan perasaan mereka (Thomas Gordon,1993:8) hal ini perlu dilakukan agar anak tidak merasa bahwa mereka sedang belajar atau sedang diajari sesuatu oleh orang tuanya. 
Menurut H.M Surya Dkk (2006:1.19 - 1.21) Peran keluarga atau orang tua dalam pembentukan anak yaitu :
a.      Pembentukan Pengetahuan ( Kognitif )
Keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan pengetahuan anak, Dalam masa sekolah, keluarga mempunyai pengaruh besar dalam membantu anak mengembangkan pengetahuan yang dipelajarinya dari sekolah. Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dianggap sebagai kemampuan dasar yang pertama kali dipelajari di sekolah dapat dibantu perkembangannya oleh keluarga.
b.      Pembentukan Ketrampilan
Ketrampilan sebagai hasil pendidikan dapat kita kelompokkan menjadi  ketrampilan motorik, ketrampilan intelektual, dan ketrampilan sosial. Ketrampilan motorik berkaitan dengan kecekatan melakukan sesuatu yang mempersyaratkan gerakan tubuh atau anggota badan. Misalnya ketrampilan naik sepeda dan olah raga.
Ketrampilan intelektual atau kognitif berkaitan dengan kecekatan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan praktis sehari-hari, misalnya ketrampilan bahasa, yaitu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, baik secara tertulis maupun lesan.Ketrampilan sosial berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan interaksi sosial atau bergaul tanpa rasa canggung
c.      Pembentukan Sikap, Nilai dan Kepribadian
Pembetukan sikap, nilai dan kepribadian seorang anak memang berawal dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan pasal 10, Bab IV UUSPN yang menyebutkan bahwa “ Pendidikan keluarga merupakan jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan ketrampilan.
Dalam mendidik anak, keluarga berperan sebagai sumber keteladanan, pemberi motivasi, pemberi bimbingan bagi anak agar mencapai berbagai sukses yang bermakna dalam mewujudkan masa depan yang gemilang dalam bentuk karir yang tepat. Orang tua hendaknya mampu memberikan berbagai contoh atau teladan dalam berbagai aspek kehidupan karena contoh ini akan menjadi sumber identifikasi anak dalam mengkonstruksikan bentuk masa depannya.
Pembentukan berbagai kemampuan dalam keluarga akan membawa pengaruh pendidikan di sekolah. Latar belakang dan kondisi keluarga yang berbeda akan menimbulkan berbagai variasi dalam kebiasaan anak
 Selanjutnya, orang tua sangat diharapkan untuk senantiasa memberikan motivasi kepada anak-anaknya agar anak selalu terdorong untuk berbuat secara memadai dalam mencapai sukses menuju masa depan yang dicita-citakannya. Bimbingan secara terarah juga sangat diperlukan dari orang tua terhadap segala potensi yang ada pada diri anak untuk dapat dikembamgkan secara optimal.
Orang tua adalah guru yang pertama dan utama yang bagi anak-anak. Orang tua adalah orang yang penting dalam dunia anak-anak. Mereka mengajarkan berbagai hal sebelum mereka memasuki lembaga lain yang disebut pra sekolah salah satunya adalah taman kanak-kanak. Anak-anak belajar banyak hal dari orang tuanya. Dikatakan yang terutama karena lebih dari setengah waktunya dalam sehari, anak-anak berada di rumah diantara anggota keluarganya (termasuk orang tuanya).
Ketika anak-anak masuk taman kanak-kanak, peran orang tua menjadi penting sebagai mitra kerja utama bagi guru. Baik orang tua maupun guru selalu berharap agar anak mampu mencapai prestasi, tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama dan keterlibatan orang tua dalam kegiatan belajar dan bermain di taman kanak-kanak. Keterlibatan orang tua dianggap penting karena orang tualah yang paling mengetahui dan memahami keadaan anak. Selain itu keterlibatan orang tua di taman kanak-kanak dalam kegiatan bermain dan belajar juga dapat meringankan guru dalam membina rasa percaya diri anak, mengatasi masalah disiplin dan meningkatkan motivasi anak.
Dari uraian di atas penulis berpendapat bahwa peran keluarga dalam pedidikan anak sangat penting karena keluarga atau orang tualah yang pertama dan utama memberikan dasar - dasar pendidikan bagi anak, keluarga mempunyai peran dalam pembentukan pengetahuan ( kognitif ), pembentukan ketrampilan, pembentukan sikap, nilai dan kepribadian.
b.      Tipe-tipe pola asuh orang tua
1)      Pola asuh permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apapun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, materialistis, dan sebagainya.
Anak yang diasuh orang tuanya dengan metode semacam ini nantinya akan berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosial yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain dan lain sebagainya baik ketika masih kecil maupun sudah dewasa.
2)      Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku dimana orang tua akan membuat peraturan yang saklek harus dipatuhi anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan orang tuanya.
Anak yang besar dengan tekhnik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orang tua dan lain-lain. Namun dibalik itu biasanya anak hasil asuhan otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai dengan  keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggung jawab dalam menjalani hidup.
3)      Pola asuh otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orang tua pada anak yang member kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orang tua.  Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan orang tua kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tekhnik otoritatif ini akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orang tua, menghargai dan menghormati orang tua, tidak mudah stress dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyrakat.
Dalam pelaksanaan pola asuh ada beberapa cara atau metode yang dapat diterapkan orang tua dalam mengasuh anaknya yaitu keteladanan, pembiasaan, nasehat, perhatian dan hukuman. Anak pra sekolah belajar banyak dari perilaku orang-orang disekitar mereka. Keluarga adalah kelompok sosial pertama dengan siapa anak diidentifikasikan, anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial lainnya.
Bahasa adalah alat bantu manusia yang luar biasa. Dengan bahasa kita dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan kita dapat menyimpan ide dan segala hal yang kita pelajari. Penguasaan bahasa sebagai alat komunikasi harus melalui proses perkembangan tersendiri. Bahasa bukan hanya sekedar pengeluaran bunyi atau pembelajaran kata.
Mempelajari perkembangan bahasa seorang adalah yang sangat menarik. Kemampuan berkomunikasi dengan berbahasa merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan bahasa anak. Melalui bahasa, untuk dapat mengungkapkan keinginan dan pemikirannya mengenai suatu hal kepada orang lain. Orang yang diajak bicarapun akan lebih lancar dibandingkan dengan apabila anak hanya menggunakan gerakan untuk berkomunikasi.
Mengajarkan membaca di TK dapat dilaksanakan selama dalam batas-batas aturan pengembangan pra skolastik atau pra akademik serta mendasarkan pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan TK sebagai sebuah taman bermain, sosialisasi dan pengembangan kemampuan bahasa.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan masa peka anak pada aspek membaca, dapat disusun dan dikembangkan sebagai bentuk dan permainan. Hal ini bisa memberi dorongan dan rangsangan kemampuan berbahasa  dengan berbagai bentuk ketrampilan membaca pada anak melalui ketrampilan pada anak yaitu kegiatan permainan anak.
Bahasa sebagai salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada anak usia dini merupakan media komunikasi agar anak dapat menjadi bagian dari kelompok sosialnya. Bahasa dapat berbentuk lisan, gambar, tulisan isyarat dan bilangan. Kemampuan berbahasa meliputi kemampuan menyimak, bericara, membaca dan menulis.
Bahasa menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ke3 (2005:88) adalah “ sistem lambang bunyi yang arbiter  yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia bahasa kanak-kanak adalah bahasa yang digunakan pada tahap permulaan pertumbuhan bahasa yang ciri-cirinya secara khas dapat dihubungkan dengan kelompok kanak-kanak (Depdiknas, 2005: 89). Bahasa anak berarti bahasa yang digunakan anak – anak untuk berkomunikasi dengan orang lain meskipun dalam pengucapannya belum sempurna bahkan kadang belum membentuk satu kata yang benar. Anak hanya dapat meniru apa yang ia dengar tapi dalam pengucapannya belum benar atau belum sempurna.
Para pendidik sangatlah penting mengetahui bagaimana cara belajar bahasa anak, hal ini berkaitan dengan pembelajaran bahasa pada anak. Karena bahasa anak mesti tujuannya sama dengan orang dewasa namun kadang apa yang diucapkan anak terdengar berbeda sehingga tidak sedikit orang tua ataupun guru yang tidak memahami apa maksud anak. Menjadi hal yang penting bagi orang tua ataupun guru untuk memahami betul apa yag diucapkan anak atau apa maksud dari ucapan anak tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar anak tidak minder untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Banyak para ahli berpendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa individu. Departemen pendidikan Nasional mengemukakan bahwa Perkembangan bahasa pada anak-anak baru dapat dilihat setelah anak memasuki usia 1 tahun, anak-anak TK yang umumnya berusia 3th sampai dengan 5 th  pada umunya terbagi dalam 2 golongan, yaitu :
1)      Anak berusia 3-4 th diperkirakan menguasai sekitar 1.500 kosakata dan menyukai bunyi dan irama bahasa seperti “la la la”.
2)      Berusia 4-5 th menggunakan kalimat-kalimat yang mulai gramatis, dengan penguasaan kosakata sekitar 2.500 buah.
Bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0 sampai 6 tahun yang memiliki karakteristik suka meniru, ingin mencoba, spontan, jujur, riang , suka bermain, ingin tahu (suka bertanya), banyak gerak, suka menunjukan akunya, unik dan lain-lain. Kecepatan perkembangan pada setiap anak berbeda, akan tetapi setiap anak mempunyai pola perkembangan yang sama. Anak usia dini yang dimaksudkan adalah anak yang berusia 0 sampai 6 tahun, karena di Indonesia batasan anak usia dini adalah 0 sampai 6 tahun.

Anak usia dini memiliki karakteristik tersendiri atau khas, anak –anak memiliki karakteristik yang sama. (Rahman, 2002 : 33) mengemukakan bahwa karakteristik anak usia 2-3 tahun antara lain adalah:
1)      Anak sangat eksploratif terhadap benda-benda yang ada di sekitarnya. Memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa.
2)      Anak mulai mengembangkan kemampuan bahasa, diawali dengan celoteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan apa yang ada didalam pikirannya.
3)      Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagian lingkungan memperlakukan anak. Sebab, emosi bukan ditentukan oleh faktor bawaan, melainkan lebih banyak pada lingkungan.
Anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit berbeda dengan anak usia 2-3 tahun, meskipun perbedaan tersebut tidak terlalu mencolok. (Rahman , 2002 : 34) mengungkapkan bahwa anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut :
1)      Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal itu bermanfaat untuk perkembangan otot-otot kecil maupun besar.
2)      Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batasan-batasan tertentu
3)      Perkembangan kognitif ( daya pikir ) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
4)      Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun aktifitas bermain dilakukan secara bersama

Tidak ada komentar:

Terima kasih telah berkunjung di blog kami.. Semoga bermanfaat!!