Jakarta (Pinmas): Desember mendatang, Indonesia akan menjadi tuan rumah Pertemuan Muslimah ASEAN. “Insya Allah kita akan menjadi tuan rumah Pertemuan Muslimah ASEAN
pada Desember,” ujar Menag di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang,
Banten, Rabu (25/9). Menag tiba di Tanah Air setelah berkunjung ke
Thailand Selatan dalam rangka menerima gelar doktor honoris causa dari
Princess of Naradhiwas University (PNU) di Narathiwat Thailand .
Turut mendampingi, Ny Indah Suryadharma Ali, Sekjen Kemenag Bahrul Hayat, Dirjen Pendidikan Islam Prof Nur Syam, dan Dirjen Bimas Islam Prof Abdul Djamil, dan mantan Menteri Urusan Peranan Wanita Prof Tutty Alawiyah.
Menurut Menag, even tersebut kemungkinan bertepatan dengan Maulid Nabi. “Kita akan mengangkat tema Penguatan Peran Muslimah ASEAN dalam Membangun Umat yang Unggul (Khairu Ummah) dengan mengundang beberapa peninjau dari negara-negara Asia Tenggara. Ini juga dalam rangka menuju ASEAN Comunity 2015,” ujarnya.
Menag menjelaskan, peran kaum perempuan dalam masyarakat sangat kuat. “Karena di tangan perempuanlah pembentukan generasi penerus bangsa. Kalau perempuan salehah mereka akan mendidik anak menjadi salehah, begitu pula sebaliknya,” ucapnya.
Sebelumnya, Pertemuan Muslimah ke-8 atau the 8th Meeting with Muslimah bertema Under the Project to Develop Potentials of Islamic Families of Pattani Province the Year 2013, diselenggarakan 6-7 Juli 2013, di Stadium Utama, Pattani, Thailand Selatan.
“Perempuan memiliki peran yang sangat besar, baik sebagai individu, istri, ibu dari anak-anaknya dan juga pejuang dalam pembangunan agama, bangsa dan negara,” kata Menag. Untuk itu, perempuan perlu memiliki pengetahuan yang tinggi. “Perempuan juga harus dapat menguasai teknologi dan informasi terkini serta mampu memanfaatkannya dalam mencari ilmu dan pekerjaan serta berdakwah,” ujarnya.
Sementara itu, Sekjen Kemenag Bahrul Hayat mengatakan, Indonesia semakin diminati negara-negara asing menjadi tuan rumah even-even regional terkait kerukunan agama. “Banyak negara mengharapkan Indonesia menjadi mediator perdamaian guna mengatasi konflik-konflik agama yang terjadi di negara mereka,” ujarnya.
Sekjen Kemenag menyebutkan, tahun depan (2014), ada banyak agenda pertemuan regional dan internasional tentang agama di Indonesia. Dia mencontohkan antara lain interfaith dialogue, kunjungan parlemen Uni Eropa, Menteri Agama Brunei Indonesia Malaysia Singapura (MABIMS), dan sebagainya. “Seperti dialog antaragama (interfaith dialogue) semakin diminati banyak negara. Diperkirakan 2014 ada sekitar 23 negara yang akan menjadi peserta, mayoritas dari negara-negara Afrika,” ujarnya.
Pada Januari dan Juli 2013 lalu, Menag Suryadharma Ali telah berkunjung ke Thailand Selatan. Menag bertandang untuk memberikan ceramah pada Symposium on ASEAN Community: Opportunity and Challenge of Muslimah in the Nation Building, yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan pada Pertemuan Muslimah ke-8.
Kegiatan yang diresmikan Deputi Perdana Menteri Pongthep Thepkanjana ini, merupakan kerja sama antara Pattani Provincial Administration Organization (Or Bor Jor Pattani) dengan Southern Border Provinces Administrative Centre (SBPAC); Islamic College; Prince of Songkhla University (PSU) Pattani Campus; Persatuan Muslim Provinsi Pattani; Persatuan Sekolah Swasta dan Pondik Provinsi Pattani; serta Persatuan Imam Provinsi Pattani.
Prof Tutty Alawiyah menjelaskan, tujuan penyelenggaraan kegiatan ini, antara lain sebagai wadah tukar-menukar pengetahuan dan pengalaman antarmuslimah, meningkatkan potensi dan peran muslimah dalam pembangunan masyarakat dan negara, memperkokoh jaringan kerja sama antarmuslimah, baik di lingkungan dalam negeri Thailand, antarsesama negara anggota ASEAN, atau di lingkungan internasional.
“Ini untuk meningkatkan potensi dan peran kaum perempuan dalam pembangunan masyarakat dan negara. Ajaran Islam sejak awal telah menghargai hak-hak dan kewajiban perempuan yang sebelumnya diabaikan. Penghargaan tersebut juga tercermin dalam Al-Quran serta Hadis Rasulullah. Dalam Al-Quran, terdapat satu surat yang berjudul An-Nisa’ (perempuan) yang menceritakan hak-hak serta hukum-hukum terkait perempuan,” katanya. (Yud/ful)
Turut mendampingi, Ny Indah Suryadharma Ali, Sekjen Kemenag Bahrul Hayat, Dirjen Pendidikan Islam Prof Nur Syam, dan Dirjen Bimas Islam Prof Abdul Djamil, dan mantan Menteri Urusan Peranan Wanita Prof Tutty Alawiyah.
Menurut Menag, even tersebut kemungkinan bertepatan dengan Maulid Nabi. “Kita akan mengangkat tema Penguatan Peran Muslimah ASEAN dalam Membangun Umat yang Unggul (Khairu Ummah) dengan mengundang beberapa peninjau dari negara-negara Asia Tenggara. Ini juga dalam rangka menuju ASEAN Comunity 2015,” ujarnya.
Menag menjelaskan, peran kaum perempuan dalam masyarakat sangat kuat. “Karena di tangan perempuanlah pembentukan generasi penerus bangsa. Kalau perempuan salehah mereka akan mendidik anak menjadi salehah, begitu pula sebaliknya,” ucapnya.
Sebelumnya, Pertemuan Muslimah ke-8 atau the 8th Meeting with Muslimah bertema Under the Project to Develop Potentials of Islamic Families of Pattani Province the Year 2013, diselenggarakan 6-7 Juli 2013, di Stadium Utama, Pattani, Thailand Selatan.
“Perempuan memiliki peran yang sangat besar, baik sebagai individu, istri, ibu dari anak-anaknya dan juga pejuang dalam pembangunan agama, bangsa dan negara,” kata Menag. Untuk itu, perempuan perlu memiliki pengetahuan yang tinggi. “Perempuan juga harus dapat menguasai teknologi dan informasi terkini serta mampu memanfaatkannya dalam mencari ilmu dan pekerjaan serta berdakwah,” ujarnya.
Sementara itu, Sekjen Kemenag Bahrul Hayat mengatakan, Indonesia semakin diminati negara-negara asing menjadi tuan rumah even-even regional terkait kerukunan agama. “Banyak negara mengharapkan Indonesia menjadi mediator perdamaian guna mengatasi konflik-konflik agama yang terjadi di negara mereka,” ujarnya.
Sekjen Kemenag menyebutkan, tahun depan (2014), ada banyak agenda pertemuan regional dan internasional tentang agama di Indonesia. Dia mencontohkan antara lain interfaith dialogue, kunjungan parlemen Uni Eropa, Menteri Agama Brunei Indonesia Malaysia Singapura (MABIMS), dan sebagainya. “Seperti dialog antaragama (interfaith dialogue) semakin diminati banyak negara. Diperkirakan 2014 ada sekitar 23 negara yang akan menjadi peserta, mayoritas dari negara-negara Afrika,” ujarnya.
Pada Januari dan Juli 2013 lalu, Menag Suryadharma Ali telah berkunjung ke Thailand Selatan. Menag bertandang untuk memberikan ceramah pada Symposium on ASEAN Community: Opportunity and Challenge of Muslimah in the Nation Building, yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan pada Pertemuan Muslimah ke-8.
Kegiatan yang diresmikan Deputi Perdana Menteri Pongthep Thepkanjana ini, merupakan kerja sama antara Pattani Provincial Administration Organization (Or Bor Jor Pattani) dengan Southern Border Provinces Administrative Centre (SBPAC); Islamic College; Prince of Songkhla University (PSU) Pattani Campus; Persatuan Muslim Provinsi Pattani; Persatuan Sekolah Swasta dan Pondik Provinsi Pattani; serta Persatuan Imam Provinsi Pattani.
Prof Tutty Alawiyah menjelaskan, tujuan penyelenggaraan kegiatan ini, antara lain sebagai wadah tukar-menukar pengetahuan dan pengalaman antarmuslimah, meningkatkan potensi dan peran muslimah dalam pembangunan masyarakat dan negara, memperkokoh jaringan kerja sama antarmuslimah, baik di lingkungan dalam negeri Thailand, antarsesama negara anggota ASEAN, atau di lingkungan internasional.
“Ini untuk meningkatkan potensi dan peran kaum perempuan dalam pembangunan masyarakat dan negara. Ajaran Islam sejak awal telah menghargai hak-hak dan kewajiban perempuan yang sebelumnya diabaikan. Penghargaan tersebut juga tercermin dalam Al-Quran serta Hadis Rasulullah. Dalam Al-Quran, terdapat satu surat yang berjudul An-Nisa’ (perempuan) yang menceritakan hak-hak serta hukum-hukum terkait perempuan,” katanya. (Yud/ful)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar