Jakarta (Pinmas) —- Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono bersama puluhan ribu jamaah dari Jakarta
dan sekitarnya melakukan shalat Idul Fitri 1434 Hijriah di Masjid
Istiqlal, Jakarta, Kamis (8/8) pagi.
Nampak pula beberapa menteri, antara lain Menteri Agama Suryadharma Ali dan pimpinan lembaga Negara, serta Duta Besar Negara Sahabat. Shalat Idul Fitri di Istiqlal dimulai tepat pukul 07.00 WIB dengan imam Drs. H. Hasanuddin Sinaga, MAg dan khatib Prof Dr. H Farid Wajdi Ibrahim, MAg.
Presiden Yudhoyono yang mengenakan jas berwarna hitam dan kain sarung berwarna merah itu duduk di barisan terdepan, tepat di belakang imam shalat, dengan didampingi oleh Wakil Presiden Boediono. Sementara itu, Ibu Ani Yudhoyono tampak didampingi oleh Ibu Herawati Boedino.
Khatib Farid Wajdi Ibrahim menyampaikan materi khutbah bertajuk “Meraih Kemenangan, Kesucian dan Kebersamaan. Idul Fitri pada hakikatnya memberikan pesan kepada kita, bahwa syariat Islam mengajarkan kepada kesucian, keindahan, kebersamaan dan mengarahkan umatnya memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
“Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, duduk sama rendah berdiri sama tinggi, rukun dalam kebersamaan dan bersama dalam kerukunan. Segala kelebihan yang melekat dalam diri manusia dalam bentuk apapun, hendaknya disadari bahwa selain merupakan nikmat, ia juga sekaligus sebagai amanat,” kata khatib yang juga Rektor IAIN Ar Raniry Darussalam, Banda Aceh.
Khatib mengingatkan, perbuatan dan amal baik yang sudah menjadi kebiasaan umat Islam yang dilakukan selama Ramadhan diharapkan mampu membentuk karakter dan tabiat mereka untuk berbuat hal yang sama setelah Ramadhan berlalu.
“Janganlah menjadikan Ramadhan sebagai topeng dalam kehidupan kita, tapi jadikanlah sebagai wajah asli kita dalam menjalankan sebelas bulan kehidupan berikutnya,” paparnya.
Oleh karena itu, hari raya Idul Fitri yang dijadikan sebagai stasion atau agenda terakhir dari seluruh rangkaian ibadah Ramadhan pada hakikatnya bukanlah saat-saat berakhirnya peluang untuk mendulang kebaikan, tapi justru sebaliknya bahwa Idul Fitri adalah saat awal memulai kehidupan baru dengan hati yang baru dan semangat yang baru pula.
“Inilah hakikat Idul Fitri yang sesungguhnya, kembali kepada kesucian, meraih kemenangan dengan prestasi taqwa serta mempertahankan kesucian dan kemenangan tersebut di masa yang akan datang,” kata khatib. (ks)
Nampak pula beberapa menteri, antara lain Menteri Agama Suryadharma Ali dan pimpinan lembaga Negara, serta Duta Besar Negara Sahabat. Shalat Idul Fitri di Istiqlal dimulai tepat pukul 07.00 WIB dengan imam Drs. H. Hasanuddin Sinaga, MAg dan khatib Prof Dr. H Farid Wajdi Ibrahim, MAg.
Presiden Yudhoyono yang mengenakan jas berwarna hitam dan kain sarung berwarna merah itu duduk di barisan terdepan, tepat di belakang imam shalat, dengan didampingi oleh Wakil Presiden Boediono. Sementara itu, Ibu Ani Yudhoyono tampak didampingi oleh Ibu Herawati Boedino.
Khatib Farid Wajdi Ibrahim menyampaikan materi khutbah bertajuk “Meraih Kemenangan, Kesucian dan Kebersamaan. Idul Fitri pada hakikatnya memberikan pesan kepada kita, bahwa syariat Islam mengajarkan kepada kesucian, keindahan, kebersamaan dan mengarahkan umatnya memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
“Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, duduk sama rendah berdiri sama tinggi, rukun dalam kebersamaan dan bersama dalam kerukunan. Segala kelebihan yang melekat dalam diri manusia dalam bentuk apapun, hendaknya disadari bahwa selain merupakan nikmat, ia juga sekaligus sebagai amanat,” kata khatib yang juga Rektor IAIN Ar Raniry Darussalam, Banda Aceh.
Khatib mengingatkan, perbuatan dan amal baik yang sudah menjadi kebiasaan umat Islam yang dilakukan selama Ramadhan diharapkan mampu membentuk karakter dan tabiat mereka untuk berbuat hal yang sama setelah Ramadhan berlalu.
“Janganlah menjadikan Ramadhan sebagai topeng dalam kehidupan kita, tapi jadikanlah sebagai wajah asli kita dalam menjalankan sebelas bulan kehidupan berikutnya,” paparnya.
Oleh karena itu, hari raya Idul Fitri yang dijadikan sebagai stasion atau agenda terakhir dari seluruh rangkaian ibadah Ramadhan pada hakikatnya bukanlah saat-saat berakhirnya peluang untuk mendulang kebaikan, tapi justru sebaliknya bahwa Idul Fitri adalah saat awal memulai kehidupan baru dengan hati yang baru dan semangat yang baru pula.
“Inilah hakikat Idul Fitri yang sesungguhnya, kembali kepada kesucian, meraih kemenangan dengan prestasi taqwa serta mempertahankan kesucian dan kemenangan tersebut di masa yang akan datang,” kata khatib. (ks)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar