YOGYAKARTA - Hari Raya Idul Fitri bagi masyarakat Yogyakarta memiliki
makna tersendiri. Selain memiliki makna keagamaan, tapi juga memiliki
makna budaya. Usai shalat ied di alun-alun utara, Kamis pagi (08/08),
dilanjutkan dengan ritual budaya, yakni Grebek Syawal dengan melakukan
arak-arakan.
Mengusung gunungan dari Keraton ke Kantor Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).Gunungan tersebut diarak oleh Prajurit Keraton dan dua ekor gajah yang berjalan di depan. Arak-arakan tersebut diiringi musik khas Keraton Yogyakarta, sehingga mampu menyedot perhatian para wisatawan disekitar Jalan Malioboro. Selama arak-arakan, lalu lintas di Jalan Malioboro ditutup sementara untuk kendaraan bermotor. Hanya pejalan kaki yang boleh melintas jalan tersebut.
Dari pantauan Tim Lipmudyanlik, sebelum gajah lewat, sebuah mobil pemadam kebakaran menyiram jalanan yang akan dilalui oleh gajah tersebut. Mungkin supaya gajah tidak kepanasan, namun bisa jadi hal itu bagian dari ritual.Setelah tiba di halaman Kepatihan, Abdi Dalem Asipat Dipati menyerahkan gunungan kepada Sekda Provinsi DIY Ichsanuri untuk dibagikan ke masyarakat. Gunungan tersebut merupakan tumpeng raksasa yang berisi sayur mayur dan buah-buahan, serta hasil bumi lainnya.
Saat dibagikan, masyarakat sangat antusias untuk mengambil isi dari gunungan itu, mereka berebutan mulai dari pria sampai wanita. Konon, bagi mereka yang berhasil mendapatkan isi dari gunungan tersebut, dia akan mendapatkan berkat yang melimpah.Menurut informasi yang kami peroleh, pihak Keraton membuat tujuh gunungan. Lima diantaranya diserahkan ke Masjid Besar Kauman, satu gunungan dibawa ke rumah Wakil Gubernur DIY, dan satu lagi diserahkan ke kantor Pemprov DIY.
Gunungan tersebut dimaknai sebagai sedekah raja pada rakyatnya. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pemberantasan KKN. Khususnya terkait dengan pemberian parsel. Pemerintah dan KPK telah menetapkan bahwa parel atau Tunjangan Hari Raya hanya boleh diberikan dari pimpinan kepada bawahannya.Seperti halnya yang terjadi di Kepatihan, gunungan tersebut diperebutkan oleh warga masyarakat, dan menjadi sebuah tontonan yang menarik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
merupakan agenda wisata menarik di Yogyakarta. Grebek yang sudah jadi tradisi Keraton Yogyakarta tentunya tidak mengurangi makna hari raya Idul Fitri. Selain Grebek Syawal, ada dua moment serupa yakni Grebek Sapar dan Grebek Maulud, yang merupakan agenda wisata menarik di Yogyakarta. (Tim Lipmudyanlik)
Mengusung gunungan dari Keraton ke Kantor Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).Gunungan tersebut diarak oleh Prajurit Keraton dan dua ekor gajah yang berjalan di depan. Arak-arakan tersebut diiringi musik khas Keraton Yogyakarta, sehingga mampu menyedot perhatian para wisatawan disekitar Jalan Malioboro. Selama arak-arakan, lalu lintas di Jalan Malioboro ditutup sementara untuk kendaraan bermotor. Hanya pejalan kaki yang boleh melintas jalan tersebut.
Dari pantauan Tim Lipmudyanlik, sebelum gajah lewat, sebuah mobil pemadam kebakaran menyiram jalanan yang akan dilalui oleh gajah tersebut. Mungkin supaya gajah tidak kepanasan, namun bisa jadi hal itu bagian dari ritual.Setelah tiba di halaman Kepatihan, Abdi Dalem Asipat Dipati menyerahkan gunungan kepada Sekda Provinsi DIY Ichsanuri untuk dibagikan ke masyarakat. Gunungan tersebut merupakan tumpeng raksasa yang berisi sayur mayur dan buah-buahan, serta hasil bumi lainnya.
Saat dibagikan, masyarakat sangat antusias untuk mengambil isi dari gunungan itu, mereka berebutan mulai dari pria sampai wanita. Konon, bagi mereka yang berhasil mendapatkan isi dari gunungan tersebut, dia akan mendapatkan berkat yang melimpah.Menurut informasi yang kami peroleh, pihak Keraton membuat tujuh gunungan. Lima diantaranya diserahkan ke Masjid Besar Kauman, satu gunungan dibawa ke rumah Wakil Gubernur DIY, dan satu lagi diserahkan ke kantor Pemprov DIY.
Gunungan tersebut dimaknai sebagai sedekah raja pada rakyatnya. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pemberantasan KKN. Khususnya terkait dengan pemberian parsel. Pemerintah dan KPK telah menetapkan bahwa parel atau Tunjangan Hari Raya hanya boleh diberikan dari pimpinan kepada bawahannya.Seperti halnya yang terjadi di Kepatihan, gunungan tersebut diperebutkan oleh warga masyarakat, dan menjadi sebuah tontonan yang menarik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
merupakan agenda wisata menarik di Yogyakarta. Grebek yang sudah jadi tradisi Keraton Yogyakarta tentunya tidak mengurangi makna hari raya Idul Fitri. Selain Grebek Syawal, ada dua moment serupa yakni Grebek Sapar dan Grebek Maulud, yang merupakan agenda wisata menarik di Yogyakarta. (Tim Lipmudyanlik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar