Di bulan Ramadlan, kita dimotivasi untuk beribadah lebih banyak.
Ditempa untuk terbiasa menahan diri sehingga sesuatu yang biasanya boleh
di siang hari, saat Ramadlan dinyatakan belum boleh dulu sebelum waktu
berbuka. Kita diminta untuk tidak makan dan minum, menahan diri dari
amarah, dan lainnya. Ini merupakan tempaan yang sangat luar biasa.
Pesan ini disampaikan oleh Menteri Agama Suryadharma Ali yang disiarkan secara langsung oleh salah satu televisi swasta, Jakarta, Jumat (09/08).
“Karenanya, setelah selesai Ramadlan dan masuk Idul Fitri, kita berharap tempaan Ramadlan membekas dan terus membekas sampai 11 bulan berikutnya,” pesan Menag.
Menag menjelaskan bahwa Idul Fitri mempunyai makna yang dalam dan sangat luas. Menurut Menag, Idul Fitri diawali dengan Ramadlan, bulan yang penuh berkah, kasih sayang Allah, dan ampunan. Pahala yang diberikan pada saat Ramadlan juga sangat besar.
Menag menegaskan bahwa Ramadlan merupakan training center yang sangat luar biasa. Karenanya, makna Idul Fitri sangat tergantung pada bagaimana persiapan Muslim selama Ramadlan. “Ada orang yang pada bulan Ramadlan tidak puasa, tidak bertaraweh, tidak bertadarus sehingga Ramadlan tidak memberikan apa-apa. Maka Idul Fitri pun tidak memberikan arti apa-apa, kecuali ketupat dan baju baru,” kata Menag.
“Tapi, bagi mereka yang memberikan arti khusus bagi Ramadlan, kedatangannya saja disambut dengan kegembiraan karena pahalanya sudah sangat luar biasa, tentu Idul Fitri akan sangat memberikan makna,” tambah Menag.
Menag berpesan bahwa selesai Ramadlan kita memasuki idul fitri. Hasil tempaan Ramadlan menjadi modal bagi kita untuk melangkah menuju Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang.
Senada dengan Menag, Menkominfo Tifatul Sembiring juga menjelaskan bahwa Idul Fitri berarti kembali kepada fitrah, kembali ke pada semula. Menurutnya, setiap manusia terlahir dalam keadaan fitri (bersih dari noda). Setelah ditempa sebulan penuh, noda dan dosa manusia dibersihkan kembali. “Kita kembali pada fitrah sehingga lebih mudah menerima hidayah. Ini diharapkan menjadi bekal kita sebelas bulan ke depan,” terang Tifatul.
“Ramadlan merupakan training center bagi kita untuk 11 bulan ke depan. Apapun suasananya, orang yang sudah bertakwa mampu mengendalikan emosi; tidak hanya terhadap yang haram, yang halal saja kita bisa menghendalikan diri,” tambah Tifatul. (mkd)
Pesan ini disampaikan oleh Menteri Agama Suryadharma Ali yang disiarkan secara langsung oleh salah satu televisi swasta, Jakarta, Jumat (09/08).
“Karenanya, setelah selesai Ramadlan dan masuk Idul Fitri, kita berharap tempaan Ramadlan membekas dan terus membekas sampai 11 bulan berikutnya,” pesan Menag.
Menag menjelaskan bahwa Idul Fitri mempunyai makna yang dalam dan sangat luas. Menurut Menag, Idul Fitri diawali dengan Ramadlan, bulan yang penuh berkah, kasih sayang Allah, dan ampunan. Pahala yang diberikan pada saat Ramadlan juga sangat besar.
Menag menegaskan bahwa Ramadlan merupakan training center yang sangat luar biasa. Karenanya, makna Idul Fitri sangat tergantung pada bagaimana persiapan Muslim selama Ramadlan. “Ada orang yang pada bulan Ramadlan tidak puasa, tidak bertaraweh, tidak bertadarus sehingga Ramadlan tidak memberikan apa-apa. Maka Idul Fitri pun tidak memberikan arti apa-apa, kecuali ketupat dan baju baru,” kata Menag.
“Tapi, bagi mereka yang memberikan arti khusus bagi Ramadlan, kedatangannya saja disambut dengan kegembiraan karena pahalanya sudah sangat luar biasa, tentu Idul Fitri akan sangat memberikan makna,” tambah Menag.
Menag berpesan bahwa selesai Ramadlan kita memasuki idul fitri. Hasil tempaan Ramadlan menjadi modal bagi kita untuk melangkah menuju Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang.
Senada dengan Menag, Menkominfo Tifatul Sembiring juga menjelaskan bahwa Idul Fitri berarti kembali kepada fitrah, kembali ke pada semula. Menurutnya, setiap manusia terlahir dalam keadaan fitri (bersih dari noda). Setelah ditempa sebulan penuh, noda dan dosa manusia dibersihkan kembali. “Kita kembali pada fitrah sehingga lebih mudah menerima hidayah. Ini diharapkan menjadi bekal kita sebelas bulan ke depan,” terang Tifatul.
“Ramadlan merupakan training center bagi kita untuk 11 bulan ke depan. Apapun suasananya, orang yang sudah bertakwa mampu mengendalikan emosi; tidak hanya terhadap yang haram, yang halal saja kita bisa menghendalikan diri,” tambah Tifatul. (mkd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar