Gorontalo (Pinmas) – Menjelang hari pelaksanaan Pekan Olahraga dan
Seni antar Pondok Pesantren (Pospenas) VI di Provinsi Gorontalo, panitia
kembali melakukan proses pengecekan final keabsahan peserta Pospenas.
Setelah sebelumnya dilakukan proses keabsahan peserta di masing-masing
daerah dengan cara mendatangi langsung daerah peserta Pospenas,
menjelang pembukaan ini kembali diteliti keabsahannya.
Ketua Tim Keabsahan, Irhas Shobirin mengatakan, proses ini dilakukan sebagai langkah untuk memperketat kemurnian peserta pospenas. “Panitia ingin memastikan bahwa yang mengikuti Pospenas ini adalah benar-benar santri,” jelasnya.
Sebelumnya, panitia telah membentuk tim yang diterjunkan ke setiap daerah untuk melakukan verifikasi langsung terkait kelayakan dan kemurnian sebagai santri yang akan tampil di Pospenas ini. “Kita sudah turunkan tim untuk meneliti langsung keabsahan berkas terkait status kesantriannya dengan cara wawancara langsung kepada calon peserta yang akan tampil di Pospenas nanti,” imbuhnya.
Meksi demikian, lanjut Irhas, masih ada 8 daerah yang belum diverifikasi, yakni Jambi, Maluku, Kepri, Bengkulu, Sulbar, Kalbar, Papua, dan Papua Barat. “Jadi, kita akan lakukan verifikasi bagi daerah yang belum, dan juga peserta yang tidak bisa hadir pada saat tim verifikasi datang ke daerah,” terangnya.
Beberapa daerah memang pada saat dilakukan verifikasi semua peserta yang akan diberangkatkan dalam Pospenas tidak bisa hadir. “Mereka yang pada waktu itu tidak bisa hadir, kita verfikasi kesantriannya di Gorontalo ini”, tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Panitia, Arfan Tilome, dalam laman panitia lokal menjelaskan bahwa pihaknya menyambut baik kerja tim keabsahan ini. Menurutnya, sistem keabsahan peserta ini sudah cukup akurat untuk menyeleksi kemurnian peserta apakah berasal dari pondok pesnatren atau tidak.
Arfan menegaskan sejauh ini sistem ini cukup ketat dan tegas. Karena beberapa kasus tentang peserta yang bukan santri berhasil diidentifikasi oleh tim keabsahan yang kemudian ditindaklanjuti dengan sanksi, yakni dicoret sebagai peserta.
“Insyaallah tidak ada masalah dengan sistem keabsahan peserta ini. Ini bukti panitia semakin tegas, terbukti sudah banyak daerah yang sudah digugurkan pesertanya karena terbukti bukan santri,” jelasnya.
Ketua Tim Keabsahan, Irhas Shobirin mengatakan, proses ini dilakukan sebagai langkah untuk memperketat kemurnian peserta pospenas. “Panitia ingin memastikan bahwa yang mengikuti Pospenas ini adalah benar-benar santri,” jelasnya.
Sebelumnya, panitia telah membentuk tim yang diterjunkan ke setiap daerah untuk melakukan verifikasi langsung terkait kelayakan dan kemurnian sebagai santri yang akan tampil di Pospenas ini. “Kita sudah turunkan tim untuk meneliti langsung keabsahan berkas terkait status kesantriannya dengan cara wawancara langsung kepada calon peserta yang akan tampil di Pospenas nanti,” imbuhnya.
Meksi demikian, lanjut Irhas, masih ada 8 daerah yang belum diverifikasi, yakni Jambi, Maluku, Kepri, Bengkulu, Sulbar, Kalbar, Papua, dan Papua Barat. “Jadi, kita akan lakukan verifikasi bagi daerah yang belum, dan juga peserta yang tidak bisa hadir pada saat tim verifikasi datang ke daerah,” terangnya.
Beberapa daerah memang pada saat dilakukan verifikasi semua peserta yang akan diberangkatkan dalam Pospenas tidak bisa hadir. “Mereka yang pada waktu itu tidak bisa hadir, kita verfikasi kesantriannya di Gorontalo ini”, tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Panitia, Arfan Tilome, dalam laman panitia lokal menjelaskan bahwa pihaknya menyambut baik kerja tim keabsahan ini. Menurutnya, sistem keabsahan peserta ini sudah cukup akurat untuk menyeleksi kemurnian peserta apakah berasal dari pondok pesnatren atau tidak.
Arfan menegaskan sejauh ini sistem ini cukup ketat dan tegas. Karena beberapa kasus tentang peserta yang bukan santri berhasil diidentifikasi oleh tim keabsahan yang kemudian ditindaklanjuti dengan sanksi, yakni dicoret sebagai peserta.
“Insyaallah tidak ada masalah dengan sistem keabsahan peserta ini. Ini bukti panitia semakin tegas, terbukti sudah banyak daerah yang sudah digugurkan pesertanya karena terbukti bukan santri,” jelasnya.