Siapa bilang tukang becak tidak bisa kaya?Pak Sanim, seorang warga
asal Cirebon telah membuktikannya. Anda tahu bagaimana latar pendidikannya?
Beliau bukan seorang lulusan dari universitas ternama juga bukan seorang
sarjana bisnis. Latar belakang pendidikan beliau hanya sampai SD, itu pun hanya
sampai kelas 4. Berkat kegigihannya kini ia telah menjadi pengusaha sukses kaya
raya yang memiliki 10 mobil, 3 rumah, dan 2 pabrik.
Sebelum Pak Sanim menjadi seorang pengusaha, ia pernah bekerja menjadi
tukang becak di sekitar prapatan Cirebon. Lama menjalani profesi ini ia
menjumpai sebuah pabrik garam di sekitar tempat pangkalannya. Dari situ ia
mencoba untuk beralih bekerja menjadi seorang karyawan di pabrik tersebut.
Seiring berjalannya waktu, ia mulai berpikir untuk membuka pabrik sendiri.
Menurutnya garam memiliki potensi besar pada waktu itu mengingat banyaknya
permintaan dari daerah sekitar Cirebon dan sekitar Jawa Tengah.
“Setelah dua bulan bekerja,
saya pun berpikir, daerah kita kan punya potensi garam, loh kenapa saya tidak
bisa membuat garam sendiri,” ungkapnya.
Akhirnya, Sanim berhenti kerja dari pabrik garam tersebut. Di situlah ia
mulai berpikir, usaha garam ternyata mampu mengeruk keuntungan yang lebih besar
dari buruh pabrik, apalagi tukang becak.
Baginya, garam bukan hanya sebagai bumbu penyedap makanan, melainkan juga
dibutuhkan untuk keperluan industri, pertanian, dan perikanan. Ternyata, tidak
sia-sia pernah bekerja di pabrik garam. “Jadi bisa dikatakan cuma menimba
ilmu di pabrik tersebut,” tuturnya.
Pada awalnya ia mencoba untuk membuka pabrik sendiri di belakang rumah
bersama isterinya. Masih sangat sederhana dan di olah secara tradisional.
Setelah di produksi ternyata dagangannya laku terjual. “Lambat laun
ternyata keuntungan kita tambah besar dan banyak peminatnya. Akhirnya
kita menambah karyawan dari tetangga-tetangga kita lalu kita bisa membeli tanah
untuk tempat produksi yang lebih luas lagi dan sekarang ada pabrik, yakni
pabrik garam,” tambahnya.
Sanin mengaku, dalam setahun ia bisa menghasilkan garam minimal mencapai
2.000 ton. Sanin mengaku kewalahan memenuhi permintaan garam olahan yang datang
dari Cirebon dan luar kota.
Usahanya yang ditekuni Sanin sejak 30 tahun silam bukannya tanpa tantangan.
Ketika usahanya tumbuh dan membutuhkan tambahan modal, ia pernah ditolak saat
mengajukan pinjaman ke sebuah bank karena dianggap usahanya tidak menjanjikan.
Berkat kegigihannya, akhirnya Sanin pun bisa memperoleh pinjaman.
“Kita pernah mengajukan utang pinjaman ke bank, tapi waktu itu ditolak.
Katanya setelah ditolak, bangunnya masih bilik. Setelah itu akhirnya kita ke
bank lain. setelah diproses dan melihat prospek perkembangan usaha kita,
akhirnya kita dapat dana dan akhirnya usaha kita berkembang sampai sekarang.
Sekarang punya tanah, punya kantor, punya pabrik,” sebutnya
Pria yang tidak tamat pendidikan sekolah dasar (SD) ini menjelaskan hasil
usahanya bisa membuat ia naik haji beberapa kali dan menyekolahkan anaknya
hingga ke jenjang sarjana. Usaha yang ditekuni Sanin saat ini, juga telah
merambah ke pabrik pembuatan pupuk.
“Anak saya pun kini sarjana semua. Sementara saya pendidikan kelas 4 SR
(setara SD) dulu. Makanya kita punya anak tidak mau mengalami masa muda seperti
kita, makanya kita sekolahkan semua itu. Kita haji pun sudah dua kali, malah
akan datang tahun depan mau umroh dulu,” tutup Sanin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar