Oleh : Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-bahjah Cirebon)
Teringat suatu ketika Sayyidina Ali RA (seorang sahabat dan menantu Rasulullah SAW) berada di medan laga. Beliau adalah orang yang tidak pernah takut kepada musuh. Yang beliau rindukan adalah kematian dalam kemulyaan (mati syahid). Maka dari itu tidak ada leher lawan berlalu di hadapanya kecuali harus di tebas. Yang disaksikan sayyidina Ali di medan laga adalah pembela kebatilan dan pembela kebenaran.
Akan tetapi ada satu hal yang tiba-tiba disadari oleh sayyidina Ali yaitu saat sayyidina Ali berhasil melumpuhkan seorang musuh hingga tidak ada yang tertinggal bagi sayyidina Ali kecuali memenggal lehernya. Akan tetapi disaat sayyidina Ali hendak memenggal leher musuh tersebut tiba-tiba sang musuh meludahi muka sayyidina Ali yang menjadikan sayyidina Ali bertambah marah. Akan tetapi marah yang beliau rasakan bukan malah mengantarkan beliau bersegera memenggal leher musuh. Akan tetapi justru disaat itu sayyidina Ali melepas musuh yang sudah takluk berada dalam rengkuhanya. Terheran para sahabat sayyidina Ali yang melihat kejadian itu lalu mereka bertanya tentang sebab dilepaskanya musuh yang sudah beliau tangkap.
Kemudian beliau menjawab: “Semula aku berkeinginan membunuhnya karena membela agama Allah, akan tetapi setelah ia meludahi mukaku maka aku semakin marah karenanya, maka disaat itu aku urungkan niaku untuk membunuhnya karena aku takut jika ternyata aku membunuhnya karena membela diriku sendiri yang diludahi dan bukan karena Allah lagi”.
Itulah kecerdasan sayyidina Ali, orang yang tidak mau tertipu oleh hawa nafsunya sehingga beliau selalu mencurigai hawa nafsu yang akan selalu mengajak kepada kejelekan.
Yang difahami oleh sayyidina Ali bahwa di medan sebuah perjuangan bukan saja dua pembelaan akan tetapi ada tiga pembelaan. Pertama ahli kebenaran yang membela kebenaran. Kedua ahli kebatilan membela kebatilan. Ketiga pembela kebenaran akan tetapi telah terjerumus dalam pembelaan terhadap hawa nafsunya. Dan yang ketiga inilah yang jarang di cermati oleh para pahlawan kebenaran.
Dari tiga kelompok di atas ternyata yang terpuji hanya satu saja yaitu kelompok pertama yang membela Allah SWT.
Pembela kebatilan akan selalu ada di setiap tempat dan zaman dan ini bisa saja dari orang yang tidak berlebel ahli iman dan bisa juga dari orang – orang yang selalu pakai lebel iman dan Islam akan tetapi ia selalu membela kebatilan atau kekafiran seperti yang kita saksikan saat ini.
Adapun pembela hawa nafsu ini berasal dari kelompok pembela kebenaran akan tetapi didalam perjuanganya telah tertipu oleh hawa nafsunya. Semua perjuangan di zaman ini yang semula karena Allah tidak beda dengan apa yang disaksikan sayyidina Ali di zaman itu. Disaat terjadi suatu ketersesatan atau kemurtadan di negeri ini, disitu ada tiga model pembelaan.
Maka dari itu mari kita cermati disaat terjadi konflik yang menuntut sebuah perjuangan kita berada di kelompok mana? Jika kita berada dikelompok pembela kebatilan mari kita segera kembali kepada Allah. Sungguh alangkah sengsaranya jika kita mati dalam keadaan membela kebatilan.
Jika kita berada pada kelompok pembela kebenaran, jangan ragu untuk melangkah, berjuanglah dengan harta dan jiwa! sungguh kemulyaan adalah didalam membela kebenaran. Akan tetapi harus kita cermati dalam pembelaan ini, jangan sampai pembelaan yang mulya ini berubah menjadi pembelaan selain Allah, baik itu berupa pangkat, harta atau hawa nafsu.
Wallahu a’lam bishshowab
Teringat suatu ketika Sayyidina Ali RA (seorang sahabat dan menantu Rasulullah SAW) berada di medan laga. Beliau adalah orang yang tidak pernah takut kepada musuh. Yang beliau rindukan adalah kematian dalam kemulyaan (mati syahid). Maka dari itu tidak ada leher lawan berlalu di hadapanya kecuali harus di tebas. Yang disaksikan sayyidina Ali di medan laga adalah pembela kebatilan dan pembela kebenaran.
Akan tetapi ada satu hal yang tiba-tiba disadari oleh sayyidina Ali yaitu saat sayyidina Ali berhasil melumpuhkan seorang musuh hingga tidak ada yang tertinggal bagi sayyidina Ali kecuali memenggal lehernya. Akan tetapi disaat sayyidina Ali hendak memenggal leher musuh tersebut tiba-tiba sang musuh meludahi muka sayyidina Ali yang menjadikan sayyidina Ali bertambah marah. Akan tetapi marah yang beliau rasakan bukan malah mengantarkan beliau bersegera memenggal leher musuh. Akan tetapi justru disaat itu sayyidina Ali melepas musuh yang sudah takluk berada dalam rengkuhanya. Terheran para sahabat sayyidina Ali yang melihat kejadian itu lalu mereka bertanya tentang sebab dilepaskanya musuh yang sudah beliau tangkap.
Kemudian beliau menjawab: “Semula aku berkeinginan membunuhnya karena membela agama Allah, akan tetapi setelah ia meludahi mukaku maka aku semakin marah karenanya, maka disaat itu aku urungkan niaku untuk membunuhnya karena aku takut jika ternyata aku membunuhnya karena membela diriku sendiri yang diludahi dan bukan karena Allah lagi”.
Itulah kecerdasan sayyidina Ali, orang yang tidak mau tertipu oleh hawa nafsunya sehingga beliau selalu mencurigai hawa nafsu yang akan selalu mengajak kepada kejelekan.
Yang difahami oleh sayyidina Ali bahwa di medan sebuah perjuangan bukan saja dua pembelaan akan tetapi ada tiga pembelaan. Pertama ahli kebenaran yang membela kebenaran. Kedua ahli kebatilan membela kebatilan. Ketiga pembela kebenaran akan tetapi telah terjerumus dalam pembelaan terhadap hawa nafsunya. Dan yang ketiga inilah yang jarang di cermati oleh para pahlawan kebenaran.
Dari tiga kelompok di atas ternyata yang terpuji hanya satu saja yaitu kelompok pertama yang membela Allah SWT.
Pembela kebatilan akan selalu ada di setiap tempat dan zaman dan ini bisa saja dari orang yang tidak berlebel ahli iman dan bisa juga dari orang – orang yang selalu pakai lebel iman dan Islam akan tetapi ia selalu membela kebatilan atau kekafiran seperti yang kita saksikan saat ini.
Adapun pembela hawa nafsu ini berasal dari kelompok pembela kebenaran akan tetapi didalam perjuanganya telah tertipu oleh hawa nafsunya. Semua perjuangan di zaman ini yang semula karena Allah tidak beda dengan apa yang disaksikan sayyidina Ali di zaman itu. Disaat terjadi suatu ketersesatan atau kemurtadan di negeri ini, disitu ada tiga model pembelaan.
Maka dari itu mari kita cermati disaat terjadi konflik yang menuntut sebuah perjuangan kita berada di kelompok mana? Jika kita berada dikelompok pembela kebatilan mari kita segera kembali kepada Allah. Sungguh alangkah sengsaranya jika kita mati dalam keadaan membela kebatilan.
Jika kita berada pada kelompok pembela kebenaran, jangan ragu untuk melangkah, berjuanglah dengan harta dan jiwa! sungguh kemulyaan adalah didalam membela kebenaran. Akan tetapi harus kita cermati dalam pembelaan ini, jangan sampai pembelaan yang mulya ini berubah menjadi pembelaan selain Allah, baik itu berupa pangkat, harta atau hawa nafsu.
Wallahu a’lam bishshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar