Pengaruh Status Ekonomi Terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam siswa banyak sekali jenisnya, baik yang berasal dari dalam diri
individu sendiri maupun yang berasal dari luar individu. Dari sekian banyak
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa, salah
satunya adalah status ekonomi orang tua, sebab masalah ekonomi adalah salah
satu hal yang sangat penting dalam rumah tangga. Karena ekonomi dalam keluarga
sebagai penyangga dalam kehidupan rumah tangga.
Salah satu fenomena menarik dari
kenyataan duniawi adalah adanya satu fakta bahwa masalah pemenuhan kebutuhan
material sering menjadi faktor yang menonjol dalam kehidupan manusia. Bahkan
kadang-kadang menempati prioritas utama dalam kehidupan ini. Hampir dapat
dipastikan bahwa pemilikan yang menonjol terhadap kekayaan material selalu
membawa pemiliknya kepada penerimaan status sosial tertentu.
Status ekonomi orang tua sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar atau prestasi belajar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Gerungan yang mengatakan bahwa keadaan sosio ekonomi keluarga
tentulah mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak, apabila kita
pikirkan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan materialyang
dihadapi anak dalam keluarganya itu lebih luas, ia mendapat kesempatan yang
lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak bisa ia
kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya.[1]
Dari pendapat diatas jelaslah bahwa anak
yang berstatus ekonomi tinggi akan mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk
mengembangkan kecakapannya, seperti halnya dalam pemenuhan sarana dan prasarana
untuk kegiatan belajar, setidaknya apabila semua kebutuhan anak terpenuhi, anak
tidak akan merasa rendah diri sehingga memacu anak untuk giat belajar.
Sebagaimana
R. Soetarno berpendapat bahwa “ Apabila perekonomian keluarga cukup, lingkungan
material anak didalam keluarga lebih luas”.[2]
Kecuali itu W.A Gerungan juga
berpendapat bahwa dalam lingkungan sosial yang miskin kebanyakan orang memiliki
taraf hidup yang sangat rendah, mereka yang belum mengenal huruf dan putus
sekolah, selain itu keterbatasan taraf pendidikan orang miskin juga ada
pengaruh lebih langsung terhadap prestasi belajar anak di sekolah.[3]
Apabila keadaan ekonomi keluarga tidak baik
maka anak tidak akan dapat mengembangkan kecakapan secara luas, sebaliknya
apabila keadaan ekonomi keluarga berkecukupan maka anak dapat mengembangkan
kecakapan secara luas. Interaksi orang tuapun lebih banyak dan lebih mendalam
pada pendidikan, jika orang tua tidak disulitkan perkara pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
Status ekonomi orang tua juga merupakan
faktor pendorong atau motivasi eksternal terhadap prestasi belajar pendidikan
agama islam. Sebab anak selain membutuhkan pemenuhan psikis yang berhubungan
dengan minat belajar, juga membutuhkan pemenuhan fisik seperti tingkat ekonomi
orang tua. Karena dalam kegiatan belajar seorang anak kadang-kadang memerlukan
sarana dan prasarana penunjang yang cukup mahal dan kadang tidak terjangkau
oleh keluarga. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan untuk
memenuhinya maka akan menjadi faktor penghambat dalam kegiatan belajar anak.
Apabila keadaan ekonomi keluarga memungkinkan, kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan anak dalam kegiatan belajar perlu dipenuhi, sehingga anak dapat
belajar dengan tenang.
Jadi status ekonomi sangatlah
berpengaruh terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. Siswa yang
memiliki fasilitas yang memadai kemungkinan besar akan tinggi prestasinya,
begitu juga sebaliknya siswa yang tidak memiliki fasilitas yang memadahi
kemungkinan besar akan rendah prestasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar