KARAKTERISTIK GURU MENURUT
IMAM GHOZALI
1) الوظيفة الاولى : الشفقة على
المتعلمين وان يجريهم مجري بنيه (انما انا لكم مثل الوالد لولده)
Belas
kasih kepada para pelajar dan hendaklah memperlakukan mereka seperti anak
sendiri. “ aku ini terhadap kalian hanyalah semisal orang tua kepada anak-anaknya” hak pengajar
menjadi lebih besar dari pada hak orang tua. Sebab orang tua itu menjadi sebab
wujud nyata didunia, yang akan rusak. Sedang pengajar menjadi sebab kehidupan
yang abadi yaitu akhirat, karena pengajar memberikan ilmu yang berguna dalam
menjalankan kehidupan dunia dan kehidupan yang kekal yaitu akhirat.
2)
الوظيفة
الثانية : ان يقتدى بصاحب الشرع صلواة الله عليه وسلامه فلا يطلب على إفادة العلم
أجراولا يقصدبه جزاء ولا شكرا بل يعلم لوجه الله
تعالى وطلبا للتقرب اليه
Hendaknya
pengajar mengikat, pemilik syarat, sehingga ia mengajarkan ilmu bukan untuk
mencari upah dan tidak bermaksud untuk mencari balasan, tidak pula dipuji,
melainkan ia mengajar demi mengharapkan ridlo Allah Ta’ala, serta untuk
mendekatkan diri kepada-Nya.
Poin ini juga sudah dijelaskan didalam
kitab al-Ghozali yang lain yaitu Bidayatul Hidayah, Bab penyakit hati. Menurut Al-Ghozali bahwa penyakit hati pada
manusia itu ada tiga, pertama Hasud, kedua Riya’, dan ketiga Ujub. Penyakit hatu tersebut wajib dihindari karena
demi keselamatan manusia di akhirat dan demi mendapatkan pertolongan dari Allah
SWT. Salah satu penyakit hati tersebut disinyalir oleh imam Al-Ghozali karena
silau oleh kehidupan dunia dan lupa kehidupan akherat. Yang menjadi pertanyaan
, apa kaitannya dengan profesi guru ? seperti yang sudah dijelaskan pada bab II
skripsi ini. Bahwa guru adalah sebuah profesi yang cenderung bersifat social
kemanusiaan dengan konsekwensi harus bisa menerima apa adanya, sebagai wujud
pengabdian kita kepada Allah. Jadi dikhawatirkan jika seorang pendidik hanya
mengharapkan dunia, maka secara otomatis akan memiliki penyakit hati
sebagaimana disebutkan diatas, pada akhirnya semua amal yang dikerjakan oleh
guru menjadi sia-sia. Hal ini akan berdampak negative pada anak didik, juga
akan menghambat proses dalam pendidikan.
3)
الوظيفة
الثالثة : أن لا يدع من نصح المتعلم شيئا وذلك بأن يمنعه من التصدى لرتبة قبل
استحقاقها والتشاغل بعلم خفى قبل الفراغ من الجلى ينبهه على أن العرض بطلب العلوم القرب الى الله
تعلى
Hendaknya pengajar tidak membiarkan sedikitpun
dari membaguskan pelajar. Yaitu dengan mencegahnya dari menempatkan diri pada
satu martabat.
4) الوظيفة الرابعة : وهي من دقائق
صناعة التعليم ان يزجر المتعلم عن سوء الأخلق بطريق التعريض ماأمكن ولا يصرح بطريق
الرحمة لا بطريق التوبيخ فإن التصريح يهتك حجاب الهيئة ويورث الجرأة على الهجوم
بالخلاف ويهيج الحرص على الصرار
Seorang pengajar hendaknya
lemah lembut dalam mengajar. Yaitu pengajar mencegah dari buruknya ahlaq,
sedapat mungkin dengan cara yang lembut.
5) الوظيفة الخامسة : أن المتكفل يعض
العلوم ينبغى أن لا يقبح فى نفس المتعلم العلوم التى وراءه كمعلم اللغة اذعادته
تقبيح علم الفقه ومعلم الفقه عادته تقبيح علم الحديث والتفسير
Tidak menjelek-jelekan yang
ada dibelakang pelajar, seperti mengajar bahasa yang biasanya menjelek-jelekan
fiqh. Itu adalah contoh yang terjadi pada masa Al-Ghozali sedangkan contoh pada
masa sekarang adalah pandangan tentang dikotomi pendidikan ; pendidikan Agama
dan Pendidikan Umum, disatu sisi ada yang menganggap bahwa yang terpenting
adalah ilmu agama.
6) الوظيفة السادسة : أنيقتصر بالمتعلم
على قدر فهمه فلا يلقىاليه مالايبلغه عقله فينفره أو يخبط عليه عقله اقتداء
Hendaknya pengajar membatasi
pelajar sesuai kadar pemahamannya, jangan sampai menyampaikan kepadanya apa
yang tidak sampai pada akalnya.
7) الوظيفة السابعة : إن المتعلم القاصر
ينبغى أن يلقى اليه الجلى اللائق به ولا يذكر له ان وراء هذا تدقيقا
Hendaknya pengajar
membarikan pelajaran yang kongrit, nyata terhadap anak yang kurang dalam
penalarannya.
8) الوظيفة الثامنة : أن يكون المعلم
عاملا بعلمه فلا يكذب قوله فعله لأن العلم يدرك بالبصائروالعمل يدرك بالأبصار
وأرباب الأبصار
Hendaknya pengajar mengamalkan
ilmunya, sehingga perbuatannya tidak mendustakan perkataannya.