“Lapor! Kesatuan Praja Prodi Manajemen Sumber Daya Manusia, sejumlah enam puluh tujuh orang, siap memulai diskusi”
“Laksanakan!”
JAKARTA - Kalimat itu merupakan petikan dialog pembuka, berupa laporan ketua kelas Praja Prodi Manajemen Sumber Daya Manusia Institut
Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) angkatan XIX, kepada Sekretaris
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PANRB) Tasdik Kinanto, sesaat sebelum dimulainya diskusi bertema
manajemen SDM aparatur di Jakarta, Senin (25/11). Peristiwa itu sedikit
mengubah suasana di ruang Sriwijaya Kementerian PANRB.
Pagi itu, Kementerian PANRB memang
kedatangan rombongan praja (mahasiswa) IPDN yang dipimpin oleh dosennya,
Herry Yana Sutisna, mantan Deputi Pengawasan dan Akuntabilitas
Kementerian PANRB.
Sekretaris Kementerian PANRB Tasdik
Kinanto sebagai pemimpin diskusi menjelaskan kepada para praja, bahwa
pemerintah saat ini sedang berada di alam reformasi, atau alam
perubahan. Perubahan dalam kehidupan tersebut mencakup aspek sosial,
politik, hukum, keamanan, dan budaya. “Terutama reformasi birokrasi yang
sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan,” ujarnya.
Dikatakan, pemerintah adalah unsur
pelaksana dari keputusan politik dalam satu sistem kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dalam hal ini, Presiden menugaskan Kementerian PANRB
untuk melakukan tugas merumus kebijakan, mengkoordinasi, dan evaluasi
monitoring terhadap suatu kebijakan.
Diakuinya, dalam menjalankan misi
perubahan ini bukan suatu pekerjaan yang mudah. Kalau sudah aman dan
nyaman sulit diajak berubah. “Ini menyangkut nasib 4,6 juta aparatur
pemerintah yang harus mematuhi segala macam peraturan, tetapi di sisi
lain harus cepat mengikuti perubahan dalam kehidupan yang berlangsung
dinamis,” ujarnya.
Dalam konteks regional, lanjut Tasdik,
perkembangan teknologi informasi maju pesat pada berbagai disiplin
ilmu. Hal itu berpengaruh pada sikap, sifat, perilaku, dan pola pikir
aparatur negara. “Pekerjaan reformasi birokrasi sangat berat karena
berkaitan dengan mengubah mindset orang. Kalau hanya SOP masih mudah,” imbuhnya.
Tasdik Kinanto yang juga Sekjan KORPRI ini menyampaikan agar para praja membiasakan bekerja fokus pada plan, do, check, action,
yang merupakan pola manajemen kinerja yang paling sederhana. Selain
itu, generasi muda juga diberi kesempatan untuk memanfaatkan pendidikan,
agar menjadi birokrat yang lebih bagus lagi.
Persaingan yang kompetitif juga harus
dibuka secara transparan. Semua PNS diberi kesempatan yang sama untuk
menduduki jabatan di mana pun, sepanjang memang pegawai itu memenuhi
standar kompetensi. “Dari daerah bisa ke pusat, dan tidak ada lagi PNS
yang tidak menduduki jabatan fungsional atau struktural. Setiap jenis
jabatan harus memiliki sistem pembinaan yang jelas untuk menunjang
kariernya. Kalau tidak sesuai standar bisa batal demi hukum,” tegasnya.
Saat ini, Kementerian PANRB tengah
bekerja keras menyusun standar-standar kompetensi jabatan. Minimal
setahun sekali, pegawai mendapat alokasi waktu untuk mengikuti diklat
agar keterampilan berkembang. PNS harus menerima pelatihan teknis
ataupun kepemimpinan. “Kalau pegawai sudah bekerja puluhan tahun tapi
tidak bertambah ilmunya, akan menimbulkan pada kerugian negara yang luar
biasa,” sergahnya.
Di samping itu, tambahnya, setiap
diklat wajib mempunyai perencanaan, sehingga harus disusun dengan jelas.
“Jadi anggaran tidak habis hanya untuk perjalanan dinas, tapi juga
untuk diklat,” ujar Tasdik.(bby/HUMAS MENPANRB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar