Medan (Pinmas) —- Kementerian Agama akan
melengkapi proses penetapan 1 Syawal dengan cara pra-itsbat. Cara ini
untuk memenuhi animo masyarakat akan beragam keilmuan astronomi, hisab,
dan rukyat.
“Pemerintah menggunakan cara hisab dan rukyat pada sidang itsbat 7 Agustus 2013 mendatang. Pencermatan kami, kini masyarakat lebih tertarik melihat ilmu hisab, rukyat, dan astronomi. Maka, pada sidang itsbat mendatang ada proses pra itsbat sejak pukul 13.30 WIB,” terang Menteri Agama Suryadharma Ali saat menghadiri Buka Puasa Bersama Menag RI serta silaturahim dengan tokoh agama dan keluarga besar Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara di Aula Madinatul Hujaj Asrama Haji Medan, Ahad (04/08) petang. Pada kesempatan ini, dilakukan juga Qur’ah Kloter Calon Jamaah Haji Embarkasi Medan 1434H/2013M.
Pra-itsbat nantinya akan diisi dengan kegiatan Sarasehan Mencari Titik Temu Penetapan Awal Syawal 1434H. Menag berharap sarasehan tersebut nantinya akan efektif dalam menjawab berbagai pertanyaan dari sebagian besar umat Islam di Indonesia yang selama ini seringkali melihat perbedaan penetapan awal bulan Hijriyah, khususnya Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Dalam kesempatan tersebut, lanjut Menag, Kemenag juga akan mengundang para duta besar dan para mufti dari Timur Tengah untuk membuka diskusi publik tentang penetapan awal bulan Hijriyah di negara masing-masing.
“Sehingga nantinya terkuak letak perbedaan antar ilmu yang dipakai. Rakyat Indonesia pun bisa bersatu, baik dalam pemahaman akan sebuah dinamika keilmuan maupun secara
persatuan nasional. Kita harap perhitungan awal bulan bisa seragam,” ulas Menag.
Menag mencontohkan bahwa keilmuan bisa mengalami penyempurnaan dan bersifat fleksibel. Para ahli astronomi mendapati bahwa ternyata kalender bulan Syamsiah pernah berbeda selama 12 tahun. Kemudian mereka bersama-sama berunding dan menyepakati kembali penanggalan tersebut untuk diperbaiki.
“Bersama-sama masyarakat, kami akan terus mengembangkan ilmu-ilmu tadi,” tegas Menag. (Arief)
“Pemerintah menggunakan cara hisab dan rukyat pada sidang itsbat 7 Agustus 2013 mendatang. Pencermatan kami, kini masyarakat lebih tertarik melihat ilmu hisab, rukyat, dan astronomi. Maka, pada sidang itsbat mendatang ada proses pra itsbat sejak pukul 13.30 WIB,” terang Menteri Agama Suryadharma Ali saat menghadiri Buka Puasa Bersama Menag RI serta silaturahim dengan tokoh agama dan keluarga besar Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Utara di Aula Madinatul Hujaj Asrama Haji Medan, Ahad (04/08) petang. Pada kesempatan ini, dilakukan juga Qur’ah Kloter Calon Jamaah Haji Embarkasi Medan 1434H/2013M.
Pra-itsbat nantinya akan diisi dengan kegiatan Sarasehan Mencari Titik Temu Penetapan Awal Syawal 1434H. Menag berharap sarasehan tersebut nantinya akan efektif dalam menjawab berbagai pertanyaan dari sebagian besar umat Islam di Indonesia yang selama ini seringkali melihat perbedaan penetapan awal bulan Hijriyah, khususnya Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Dalam kesempatan tersebut, lanjut Menag, Kemenag juga akan mengundang para duta besar dan para mufti dari Timur Tengah untuk membuka diskusi publik tentang penetapan awal bulan Hijriyah di negara masing-masing.
“Sehingga nantinya terkuak letak perbedaan antar ilmu yang dipakai. Rakyat Indonesia pun bisa bersatu, baik dalam pemahaman akan sebuah dinamika keilmuan maupun secara
persatuan nasional. Kita harap perhitungan awal bulan bisa seragam,” ulas Menag.
Menag mencontohkan bahwa keilmuan bisa mengalami penyempurnaan dan bersifat fleksibel. Para ahli astronomi mendapati bahwa ternyata kalender bulan Syamsiah pernah berbeda selama 12 tahun. Kemudian mereka bersama-sama berunding dan menyepakati kembali penanggalan tersebut untuk diperbaiki.
“Bersama-sama masyarakat, kami akan terus mengembangkan ilmu-ilmu tadi,” tegas Menag. (Arief)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar