Guru
jangan mengharapkan materi ( upah ) sebagai tujuan utama dari pekerjaannya (
mengajar ) karena mengajar adalah tugas yang diwariskan oleh nabi Muhammad SAW.
Sedangkan upahnya terletak pada terbentuknya anak didik yang mengamalkan ilmu
yang diajarkannya dan hanya mengharapkan ridlo Allah Ta’ala, serta untuk
mendekatkan diri kepada-Nya.
Firman Allah dalam Surat Huud ayat
29 :
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda
kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali
tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan
bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak
mengetahui" (QS. Huud ; 29).
Poin ini juga sudah dijelaskan didalam kitab al-Ghozali yang lain yaitu Bidayatul Hidayah, Bab penyakit hati. Menurut
Al-Ghozali bahwa penyakit hati pada manusia itu ada tiga, pertama Hasud, kedua Riya’, dan ketiga Ujub. Penyakit hatu tersebut wajib dihindari karena
demi keselamatan manusia di akhirat dan demi mendapatkan pertolongan dari Allah
SWT. Salah satu penyakit hati tersebut disinyalir oleh imam Al-Ghozali karena
silau oleh kehidupan dunia dan lupa kehidupan akhirat. Yang menjadi pertanyaan , apa kaitannya
dengan profesi guru ? Bahwa guru adalah sebuah profesi yang
cenderung bersifat social kemanusiaan dengan konsekwensi harus bisa menerima
apa adanya, sebagai wujud pengabdian kita kepada Allah. Jadi dikhawatirkan jika
seorang pendidik hanya mengharapkan dunia, maka secara otomatis akan memiliki
penyakit hati sebagaimana disebutkan diatas, pada akhirnya semua amal yang
dikerjakan oleh guru menjadi sia-sia. Hal ini akan
berdampak negative pada anak didik, juga akan menghambat proses dalam
pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar