Renungan Menghadapi Kematian
Kehidupan berlangsung tanpa kita disadari dari detik ke detik,
hari ke hari yang kita lewati justru semakin mendekatkan kita kepada kematian. Tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini
ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak
orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan
mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah
ditentukan. Walaupun demikian, manusia pada umumnya cenderung melihat kematian
sebagai suatu peristiwa yang biasa terjadi secara kebetulan saja.
Betapa banyak
berita kematian yang sampai di telinga kita, mungkin mengkhabarkan bahwa
tetangga kita, kerabat kita, saudara kita atau teman kita telah meninggal
dunia, menghadap Allah Ta’ala. Akan tetapi betapa sedikit dari diri kita
yang mampu mengambil pelajaran dari kenyataan tersebut. Saudaraku, tidak bisa
kita pungkiri bahwa datangnya kematian itu adalah pasti. Tidak ada manusia yang
hidup abadi. Realita telah membuktikannya. Allah Ta’ala telah berfirman.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ
وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ
النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
|
“Setiap jiwa pasti akan mengalami
kematian, dan kelak pada hari kiamat saja lah balasan atas pahalamu akan
disempurnakan, barang siapa yang dijauhkan oleh Allah Ta’ala dari neraka dan
dimasukkan oleh Allah Ta’ala ke dalam surga, sungguh dia adalah orang yang
beruntung (sukses).” (QS. Ali Imran : 185)
Saudaraku, kematian itu milik setiap
manusia. Semuanya akan menjumpai kematian pada saatnya. Entah di belahan bumi
manakah manusia itu berada, entah bagaimanapun keadaanya, laki-laki atau
perempuan kah, kaya atau miskin kah, tua atau muda kah, semuanya akan mati jika
sudah tiba saatnya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ
أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا
يَسْتَقْدِمُونَ
“Dan bagi tiap-tiap jiwa sudah
ditetapkan waktu (kematiannya), jika telah tiba waktu kematian, tidak akan bisa
mereka mengundurkannya ataupun mempercepat, meskipun hanya sesaat” (QS. Al
A’raf :34)
Saudaraku, silakan berlindung di
tempat manapun, tempat yang sekiranya adalah tempat paling aman menjadi
persembunyian. Mungkin kita bisa lari dari kejaran musuh, selamat dari kejaran
binatang buas, lolos dari kepungan bencana alam. Namun, kematian itu tetap akan
menjemput diri kita, jika Allah Ta’ala sudah menetapkan.
“dimanapun kita berada, niscaya
kematian itu akan mendatangi kita, meskipun kita berlindung di balik benteng
yang sangat kokoh.”
“Sesungguhnya di sisi Allah sajalah
pengetahuan tentang (kapankah) datangnya hari kiamat, dan Dia-lah yang
menurunkan air hujan, dan Dia lah yang mengetahui tentang apa yang ada di dalam
rahim, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
dia kerjakan esok hari, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui di
bumi manakah dia akan mati..” (QS. Luqman : 34)
Saudaraku, jika kita tidak tahu di
bumi manakah kita akan mati, di waktu kapan kah kita akan meninggal, dan dengan
cara apakah kita akan mengakhiri kehidupan dunia ini, masih kah kita merasa
aman dari intaian kematian…? Siapa yang bisa menjamin bahwa kita bisa menghirup
segarnya udara pagi esok hari…? Siapa yang bisa menjamin kita bisa tertawa esok
hari…? Atau…. siapa tahu sebentar lagi giliran kematian kita wahai Saudaraku…
Seorang yang banyak mengingat
kematian, akan senantiasa memanfaatkan waktunya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala.
Suatu ketika Rasulullah Saw. bersabda kepada Abdullah Ibnu Umar ra,
“Jadilah engkau di dunia ini bagaikan seorang yang asing atau seorang yang
sedang menempuh perjalanan yang jauh”, mendengar sabda Rasulullah Saw. ini,
lantas Abdullah ibnu Umar berkata, “Jika engkau berada di sore hari jangan
engkau tunggu datangnya pagi hari, jika engkau berada di pagi hari jangan
engkau tunggu datangnya sore hari, pergunakanlah waktu sehatmu (dalam ketaatan
kepada Allah) sebelum datangnya waktu sakitmu, dan pergunakanlah waktu hidupmu
sebelum kematian datang menjemputmu.”
Allah Ta’ala akan menanamkan
rasa qana’ah di dalam hati seseorang yang banyak mengingat kematian. Rasa
qana’ah yang membuat seseorang merasa cukup terhadap setiap pemberian
Allah Ta’ala, bagaimanapun dan berapa pun pemberian Allah.
Seseorang yang banyak mengingat
kematian, meyakini bahwa segala pemberian Allah dari perbendaharaan dunia
adalah titipan dari Allah. Seluruhnya akan diambil kembali oleh Allah, dan akan
dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta’ala atas seluruh pemberian
tersebut.
“Saudaraku, seandainya kematian merupakan
tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah hidup manusia di
dunia… niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira yang dinanti-natikan bagi
setiap manusia… Akan tetapi kenyataannya berbeda… setelah kematian itu ada
pertanggung jawaban dan ada kehidupan… kehidupan yang sebenarnya…”
Diantara keimanan kepada hari kiamat
adalah meyakini bahwa setelah kematian ini ada kehidupan. Semuanya akan
berlanjut ke alam kubur kemudian ke alam akhirat. Di sana ada pengadilan Allah Ta’ala
yang Maha Adil. Semua manusia akan diadili, mempertanggungjawabkan setiap
amalan yang dia perbuat. Allah Ta’ala berfirman,
“Barangsiapa yang berbuat kebaikan
meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat hasilnya, dan barang
siapa yang berbuat keburukan meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan
melihat akibatnya” (QS. Al Zalzalah:
7-8)
Di manakah saudara-saudara kita yang
telah meninggal saat ini…? Yang beberapa waktu silam masih sempat tertawa dan
bercanda bersama kita… Saat ini mereka sendiri di tengah gelapnya himpitan bumi…
Berbahagialah mereka yang meninggal dengan membawa amalan sholeh… dan sungguh
celaka mereka yang meninggal dengan membawa dosa dan kemaksiatan…
Sudah dapat dipastikan bahwa manusia
adalah makhluk yang banyak dosa dan kemaksiatan. Seorang manusia yang banyak
mengingat kematian, dirinya sadar bahwa kematian senantiasa mengintai. Dia
tidak ingin menghadap Allah Ta’ala dengan membawa setumpuk dosa yang
akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala. Dia akan sesegera mungkin
bertaubat atas dosa dan kesalahannya, kembali kepada Allah Ta’ala. Allah
telah berfirman,
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah
bagi orang-orang yang mengerjakan keburukan dikarenakan kebodohannya, kemudian
mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima taubatnya
oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana” (QS. An Nisa : 17)
Ya Tuhanku…
tidak layak hamba masuk ke dalam
sorga-Mu
Tetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon taubat dan ampunan atas dosa hamba
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa mahluq….
Tetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon taubat dan ampunan atas dosa hamba
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa mahluq….
Dosa-dosa hamba
seperti butiran pasir di pantai,
Maka anugerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umur hamba berkurang setiap hari,
Sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, bagaimana hamba menanggungnya
Maka anugerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umur hamba berkurang setiap hari,
Sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, bagaimana hamba menanggungnya
Ya Tuhanku…
hamba-Mu yang penuh maksyiat ini datang
kepada-Mu
Bersimpuh
memohon Ampunan atas dosa-dosa yang hamba perbuat,
Jika Engkau
ampuni dosa hamba memang Engkaulah Pemilik Ampunan,
Tetapi jika
Engkau tolak maka kepada siapa lagi hamba berharap?
اِلَهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلا ٭ وَلاَ أَقْوَى عَلَى نَارِ الْجَحِيْمِ
فَهَبْ لِي تَوْبَة ًوَاغْفِرْ ذُنُوْبِي ٭ فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ
ذُنُوْبِي مِثْلُ عَدَدِ الرِّمَال ٭ فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً ًيَا ذَا الْجَلاَلِ
وَعُمْرِيْ نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ ٭ وَذَنْبِي زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِي
اِلَهِي عَبْدُكَ الْعَاصِي أَتَاك ٭ مُقِرًّابِاالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ
وَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَاكَ أَهْل ٭ وَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُوْ سِوَاكَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar