Selamat Datang Di Tarojjumah.Com - Selamat Datang Di Tarojjumah.Com - Selamat Datang Di Tarojjumah.Com

Minggu, 31 Maret 2013

Tentang Emis 2013 Mapenda Batang

Kepada Yth
Operator Emis Madrasah
se kabupaten Batang

Menindaklanjuti dari rapat hari Kamis 28 Maret 2013 tetntang Emis, diharapkan kepada semua operator untuk segera melakukan Update :
1. Data lembaga
2. meng update/menambah profil pada siswa
3. meng update/menambah profil guru

menurut info dari kanwil data akan segera di cleansing dan disetorkan ke tim perencana dan manajemen BOS

informasi ini semoga bermanfaat dan segera ditindaklanjuti
http://emispendis.kemenag.go.id/emis-appss/index.php

Obrolan Ahlussunnah vs Wahabi/Salafi



Selamat mengikuti anekdot ini, dan awas, jangan tegang terus, ah….?

SEKELUMIT ANEKDOT PERDEBATAN


Wahabi  :“Maulid dan tahlilan itu haram,   dilarang di dalam agama.”
Aswaja   :“Yang dilarang itu bid’ah, bukan  Maulid atau tahlilan, bung!”
Wahabi  :“Maulid dan tahlilan tidak ada dalilnya.”
Aswaja   :“Makanya jangan cari dalil sendiri, nggak bakal  ketemu. Tanya dong  sama  guru, dan baca kitab ulama, pasti ketemu dalilnya.”
Wahabi  :“Maulid dan tahlilan tidak diperintah di dalam   agama.”
Aswaja   :“Maulid dan tahlilan tidak dilarang di dalam agama.”
Wahabi  :“Tidak boleh memuji Nabi Saw. secara berlebihan.”
Aswaja   :“Hebat betul anda, sebab anda tahu batasnya dan tahu letak berlebihannya. Padahal, Allah saja  tidak pernah membatasi pujian-Nya kepada Nabi Saw. dan tidak pernah melarang pujian yang berlebihan  kepada beliau.”
Wahabi  :“Maulid dan tahlilan adalah sia-sia, tidak ada  pahalanya.”
Aswaja   :“Sejak kapan anda berubah sikap seperti Tuhan, menentukan suatu amalan berpahala atau tidak, Allah saja tidak pernah bilang bahwa Maulid dan  tahlilan itu sia-sia.”
Wahabi  :“Kita dilarang mengkultuskan Nabi Saw. sampai-      sampai menganggapnya seperti Tuhan.”
Aswaja   :“Orang Islam paling bodoh pun tahu, bahwa Nabi Muhammad Saw. itu Nabi dan Rasul, bukan Tuhan.”
Wahabi  :“Ziarah ke makam wali itu haram, khawatir bisa  membuat orang  jadi musyrik.”
Aswaja   :“Makanya, jadi orang jangan khawatiran, hidup jadi susah, tahu.”
Wahabi  :“Mengirim hadiah pahala kepada orang meninggal itu  percuma, tidak akan sampai.”
Aswaja   :“Kenapa tidak! kalau anda tidak  percaya, silakan anda mati duluan, nanti saya kirimkan pahala al- Fatihah kepada anda.”
Wahabi  :“Maulid itu amalan mubazir. Daripada buat Maulid,  lebih baik biayanya buat menyantuni anak yatim.”
Aswaja   :“Cuma orang pelit yang bilang bahwa memberi makan       atau berinfak untuk pengajian  itu mubazir. Sudah  tidak menyumbang, mencela pula.”
Wahabi  :“Maulid dan tahlilan itu bid’ah, tidak ada di zaman  Nabi saw.”
Aswaja   :“Terus terang, Muka anda juga bid’ah, karena tidak  ada di zaman Nabi Saw.”
Wahabi  :“Semua bid’ah (hal baru yang diada-adakan) itu sesat, tidak ada bid’ah yang baik/hasanah.”
Aswaja   :“Saya ucapkan selamat menjadi orang sesat. Sebab  Nabi Saw. tidak pernah memakai resleting, kemeja,  motor, atau mobil seperti anda. Semua itu bid’ah, dan semua bid’ah itu sesat.”
Wahabi  :“Kasihan, masyarakat banyak yang tersesat. Mereka  melakukan amalan bid’ah yang berbau syirik.”
Aswaja   :“Sudah lah, kalau anda masih bodoh, belajarlah  dulu, sampai anda bisa melihat jelas kebaikan di dalam amalan mereka.”
Wahabi  :“Saya menyesal dilahirkan oleh orang tua yang  banyak melakukan bid’ah.”
Aswaja   :“Orang tua anda juga pasti sangat menyesal karena  telah melahirkan anak durhaka yang sok pintar  seperti anda.”
Wahabi  :“Para penceramah di acara Maulid, bisanya hanya mencaci maki dan memecah belah umat.”
Aswaja   :“Sebetulnya, para penceramah itu hanya mencaci maki  orang seperti anda yang kerjanya menebar keresahan  dan benih perpecahan di kalangan umat.”
Wahabi  :“Qunut Shubuh itu bid’ah, tidak ada dalilnya, haram  hukumnya.”
Aswaja   :“Kasihan, rokok apa yang anda hisap? Setahu saya, di dalam iklan, merokok Star Mild hanya membuat  orang terobsesi menjadi sutradara atau orator.  Sedangkan anda sudah terobsesi menjadi ulama besar       yang mengalahkan Imam Syafi’i yang mengamalkan  qunut shubuh. Lebih Brasa, Brasa Lebih pinter gitu  loh!”

Pejajah Yang Paling Kejam (Nafsu)



Jangan Turuti Nafsumu!

Oleh Kang Hari Mukti
Satu hal yang seringkali sulit untuk dikendalikan adalah hawa nafsu. Bila hawa nafsu sudah menguasai diri kita, jangan harap kita bisa begitu saja dengan mudah melepaskan diri dari cengkeramannya. Sangat boleh jadi butuh waktu lama untuk bisa menjinakan hawa nafsu. Tidaklah heran jika kemudian kita menjadi budak nafsu. Kita disetir oleh “makhluk” yang bernama hawa nafsu. Kita didikte oleh keinginan-keinginan yang muncul dari hati kita, bahkan sebenarnya hawa nafsu cenderung membutakan hati dan akal sehat kita.
Pengalaman saya waktu masih hidup sebagai selebritis. Orang lain yang melihat saya bsia jadi berdecak kagum. Itu sebabnya, di depan orang lain, saya harus tampil semaksimal mungkin demi jaim, alias jaga imej. Maklum saja, sebagai bintang idola, saya harus selalu terlihat lebih istimewa ketimbang penggemarnya. Bila perlu dan memungkinkan saya harus bisa memberikan ciri khas sebagai seorang bintang. Sebab, saya yakin, bila kemudian banyak penggemar yang meniru gaya hidup seperti saya, hati kecil saya merasa bangga dan puas. Itulah namanya idola.
Meski terus terang saja, di balik semua itu adakalanya saya merasakan beban berat. Betul-betul berat. Boleh dikatakan, bahwa privasi saya terjajah. Saya terikat kontrak dengan prouduser anu, sudah janji manggung di daerah anu, sudah nanda-tangan untuk konser di tempat tertentu. Terus terang saya terjajah oleh hawa nafsu saya sendiri. Belum lagi merasa was-was bila terus dikejar-kejar penggemar. Ya, awalnya memang asyik jadi selebritis, tapi kian lama kian tersiksa. Senjata makan tuan namanya. Nggak berlebihan tentunya saya katakan demikian.
Betul, dengan menjadikan hawa nafsu sebagai ‘tuhan’ kita. Berarti kita telah rela menghamba kepada hawa nafsu. Kita dijajah dan dikendalikan oleh hawa nafsu. Padahal seharusnya, kitalah yang mengendalikan hawa nafsu.
Setelah saya menyadari semua itu, ternyata ada perubahan yang sangat kentara dalam hidup saya. Utamanya bila membandingkan dengan kehidupan ketika menjadi selebriti yang dekat sekali dengan kemaksiatan. Sekarang, meski saya capek karena harus mengisi pengajian di daerah tertentu. Bahkan adakalanya dalam satu sehari harus mengisi di dua tempat yang perbedaan jaraknya cukup jauh. Jadwal saya padat sekali. Tapi alhamdulillah, saya lebih merasa lebih enjoy menikmati hidup. Karena ada nilai ibadahnya. Saya merasa bahagia, karena bisa berguna dan bermanfaat bagi orang lain dalam arti yang sesungguhnya. Rasa capek dan penat, bisa langsung hilang terobati dengan antusiasnya masyarakat yang ingin mendengarkan ceramah saya. Saya berusaha untuk bisa mengalahkan hawa nafsu dan hanya menghamba kepada Allah Swt. yang memang layak untuk disembah, dan kita harus rela menjadi hamba-Nya.
Sebab, bila kita masih merasa betah dengan maksiat, berarti kita masih dijajah oleh hawa nafsu. Jika kita lebih mementingkan untuk menyaksikan tayangan televisi ketimbang sholat, maka kita telah jadi budak nafsu. Jika kita masih getol pacaran, itu artinya kita didikte oleh hawa nafsu kita. Kenapa? Karena kita lebih mementingkan hawa nafsu ketimbang aturan Allah Swt.
Untuk itu, kita butuh solusi agar bisa melepaskan diri dari cengkeraman hawa nafsu. Pertama adalah menyadari siapa diri kita. Kita harus mengenali diri kita dengan benar. Sebagai seorang muslim, maka belajar adalah cara yang lebih bijak untuk bisa menjadi pandai. Untuk itu, mulailah mengkaji Islam. Sebab, dengan mengkaji Islam, kita bisa tahu mana yang salah dan mana yang benar. Dengan mengkaji Islam pula, insya Allah akan mencerdaskan pemikiran kita, dan tentunya menajamkan kepekaan perasaan kita. Jadi, jangan turuti nafsumu! Wallahu’alam bishowab[]
[pernah dimuat di Majalah PERMATA, edisi Agustus 2002]

ISLAM DIHUJAT - Menjawab buku The Islamic Invasion.

KATA PENGANTAR

 
Setelah membaca buku berjudul : The Islamic Invasion karya Robert Morey, terbitan Christian Scholars Press, Las Vegas, NV 88119, berbahasa Indonesia yang penuh fitnah dan hujatan kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan Islam; kesan yang muncul adalah :
  1. Robert Morey tidak paham tentang Islam. Islam ditafsirkan berdasar apa yang ada dalam benaknya, jauh dari kenyataan yang sebenarnya.
     
  2. Robert Morey tidak paham mengenai Al Qu'ran dan Asbabun Nuzulnya serta ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al Qur'an, serta tidak mengerti bahasa Arab.
     
  3. Robert Morey tidak paham tentang Hadits Rasulullah SAW dan Asbab Wurud (sebab-sebab datangnya hadist), dan berbagai ilmu yang menyangkut Hadist Rasulullah SAW.
     
  4. Bahkan Robert Morey tidak paham tentang Kristen dan Bibelnya.
     
  5. Tulisan Robert Morey tendensius dan tidak obyektif, Menebar kebencian terhadap Islam, bahkan tidak tertutup kemungkinan akan membangkitkan rasa antipati dikalangan Kaum Kristiani sendiri.
Buku The Islamic Invasion telah beredar dikalangan para muallaf yang katanya didapat dari para penginjil. Tidak bisa diduga untuk apa para penginjil menyebarkan buku tersebut kepada para muallaf namun yang bisa kami ungkap disini bahwa tentu mereka bermaksud untuk menggoncang iman dan islamnya para muallaf agar kembali kepada agamanya semula yaitu Kristen.
 
Terpanggil untuk menyelamatkan para muallaf pada khususnya dan umat Islam pada umumnya, maka penulis menyusun buku ini yang diberi judul: ISLAM DIHUJAT - Menjawab buku The Islamic Invasion.
 
Meskipun Robert Morey dalam bukunya menghujat Allah SWT, menghujat Nabi Muhammad SAW dan menghujat Islam, namun kami tetap mematuhi pesan Al Qur'an:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan Nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahaui orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. 16:125)

Sabtu, 30 Maret 2013

Kurikulum Baru Diterapkan Serentak Juli 2013

Kurikulum Baru Diterapkan Serentak Juli 2013 
SEMARANG, suaramerdeka.com - Kurikulum 2013, yang sempat menuai pro kontra dari berbagai pihak, akan diterapkan pada Juli 2013. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menjelaskan, bahwa kurikulum baru akan diterapkan secara serentak 15 Juli 2013.
Hal tersebut diungkapkan Mohamad Nuh saat menghadiri halaqah ulama di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang, Sabtu (30/3). Sekarang sedang dilakukan persiapannya dan buku-buku akan dicetak kemudian dibagikan ke sekolah, mulai SD hingga SMA.
Mohammad Nuh mengatakan, kurikulum baru ini akan dimulai secara bertahap, misalnya SD untuk kelas I dan IV. Sementara untuk SMP dan SMA masing-masing akan diterapkan untuk siswa kelas I.

Jumat, 29 Maret 2013

Anak Shalih Adalah Aset Orang Tua




Anak adalah buah hati bagi kedua orang tuanya yang sangat disayangi dan dicintainya.
Sewaktu bahtera rumah tangga pertama kali diarungi, maka pikiran pertama yang terlintas dalam benak suami istri adalah berapa jumlah anaknya kelak akan mereka miliki serta kearah mana anak tersebut akan dibawa.
Menurut Sunnah melahirkan anak yang banyak justru yang terbaik. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

تَزَوَّجُوا الْوَلُوْدَ وَالْوَدُوْدَ فَإِنِّيْ مُكَاثِرٌ بِكُمْ.
Artinya: “Nikahilah wanita yang penuh dengan kasih sayang dan karena sesungguhnya aku bangga pada kalian dihari kiamat karena jumlah kalian yang banyak.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’I, kata Al Haitsamin).
Namun yang menjadi masalah adalah kemana anak akan kita arahkan setelah mereka terlahir. Umumnya orang tua menginginkan agar kelak anak-anaknya dapat menjadi anak yang shalih, agar setelah dewasa mereka dapat membalas jasa kedua orang tuanya. Namun obsesi orang tua kadang tidak sejalan dengan usaha yang dilakukannya. Padahal usaha merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi terbentuknya watak dan karakter anak. Obsesi tanpa usaha adalah hayalan semu yang tak akan mungkin dapat menjadi kenyataan.
Bahkan sebagian orang tua akibat pandangan yang keliru menginginkan agar kelak anak-anaknya dapat menjadi bintang film (Artis), bintang iklan, fotomodel dan lain-lain. Mereka beranggapan dengan itu semua kelak anak-anak mereka dapat hidup makmur seperti kaum selebritis yang terkenal itu. Padahal dibalik itu semua mereka kering akan informasi tentang perihal kehidupan kaum selebritis yang mereka puja-puja. Hal ini terjadi akibat orang tua yang sering mengkonsumsi berbagai macam acara-acara hiburan diberbagai media cetak dan elektronik, karena itu opininya terbangun atas apa yang mereka lihat selama ini.
Kehidupan sebagian besar selebritis yang banyak dipuja orang itu tidak lebih seperti kehidupan binatang yang tak tahu tujuan hidupnya selain hanya makan dan mengumbar nafsu birahinya. Hura-hura, pergaulan bebas, miras, narkoba dan gaya hidup yang serba glamour adalah konsumsi sehari-hari mereka. Sangat jarang kita saksikan di antara mereka ada yang perduli dengan tujuan hakiki mereka diciptakan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala , kalaupun ada mereka hanya menjadikan ritualisme sebagai alat untuk meraih tujuan duniawi, untuk mengecoh masyarakat tentang keadaan mereka yang sebenarnya. Apakah kita menginginkan anak-anak kita menjadi orang yang jauh dari agamanya yang kelihatannya bahagia di dunia namun menderita di akhirat? Tentu tidak. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)mereka” (An Nisa: 9).

Pengertian lemah dalam ayat ini adalah lemah iman, lemah fisik, lemah intelektual dan lemah ekonomi. Oleh karena itu selaku orang tua yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, maka mereka harus memperhatikan keempat hal ini. Pengabaian salah satu dari empat hal ini adalah ketimpangan yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan pada anak.
Imam Ibnu Katsir dalam mengomentari pengertian lemah pada ayat ini memfokuskan pada masalah ekonomi. Beliau mengatakan selaku orang tua hendaknya tidak meninggalkan keadaan anak-anak mereka dalam keadaan miskin . (Tafsir Ibnu Katsir: I, hal 432) Dan terbukti berapa banyak kaum muslimin yang rela meninggalkan aqidahnya (murtad) di era ini akibat keadaan ekonomi mereka yang dibawah garis kemiskinan.
Banyak orang tua yang mementingkan perkembangan anak dari segi intelektual, fisik dan ekonomi semata dan mengabaikan perkembangan iman. Orang tua terkadang berani melakukan hal apapun yang penting kebutuhan pendidikan anak-anaknya dapat terpenuhi, sementara untuk memasukkan anak-anak mereka pada TK-TP Al-Qur’an terasa begitu enggan. Padahal aspek iman merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar bagi anak.
Ada juga orang tua yang menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan bagi anak-anak mereka dari keempat masalah pokok di atas, namun usaha yang dilakukannya kearah tersebut sangat diskriminatif dan tidak seimbang. Sebagai contoh: Ada orang tua yang dalam usaha mencerdaskan anaknya dari segi intelektual telah melaksanakan usahanya yang cukup maksimal, segala sarana dan prasarana kearah tercapainya tujuan tersebut dipenuhinya dengan sungguh-sungguh namun dalam usahanya memenuhi kebutuhan anak dari hal keimanan, orang tua terlihat setengah hati, padahal mereka telah memperhatikan anaknya secara bersungguh-sungguh dalam segi pemenuhan otaknya.

Karena itu sebagian orang tua yang bijaksana, mesti mampu memperhatikan langkah-langkah yang harus di tempuh dalam merealisasikan obsesinya dalam melahirkan anak yang shalih. Di bawah ini akan kami ketengahkan beberapa langkah yang cukup representatif dan membantu mewujudkan obsesi tersebut:
1. Opini atau persepsi orang tua atau anak yang shalih tersebut harus benar-benar sesuai dengan kehendak Islam berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam , bersabda:
إِذَا مَاتَ بْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ، صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ.
Artinya: “Jika wafat anak cucu Adam, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga: Sadaqah jariah atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang shalih yang selalu mendoakannya.” (HR.Muslim)
Dalam hadits ini sangat jelas disebutkan ciri anak yang shalih adalah anak yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. Sementara kita telah sama mengetahui bahwa anak yang senang mendoakan orang tuanya adalah anak sedari kecil telah terbiasa terdidik dalam melaksanakan kebaikan-kebaikan,melaksanakan perintah-perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala , dan menjauhi larangan-laranganNya. Anak yang shalih adalah anak yang tumbuh dalam naungan DienNya, maka mustahil ada anak dapat bisa mendoakan orang tuanya jika anak tersebut jauh dari perintah-perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala dan senang bermaksiat kepadaNya. Anak yang senang bermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , jelas akan jauh dari perintah Allah dan kemungkinan besar senang pula bermaksiat kepada kedua orang tuanya sekaligus.
Dalam hadits ini dijelaskan tentang keuntungan memiliki anak yang shalih yaitu, amalan-amalan mereka senantiasa berkorelasi dengan kedua orang tuanya walaupun sang orang tua telah wafat. Jika sang anak melakukan kebaikan atau mendoakan orang tuanya maka amal dari kebaikannya juga merupakan amal orang tuanya dan doanya akan segera terkabul oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Jadi jelaslah bagi kita akan gambaran anak yang shalih yaitu anak yang taat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , menjauhi larangan-laranganNya, selalu mendoakan orang tuanya dan selalu melaksanakan kebaikan-kebaikan.

2. Menciptakan lingkungan yang kondusif ke arah tercipta-nya anak yang shalih.
Lingkungan merupakan tempat di mana manusia melaksana-kan aktifitas-aktifitasnya. Secara mikro lingkungan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu:

a. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan sebuah institusi kecil dimana anak mengawali masa-masa pertumbuhannya. Keluarga juga merupakan madrasah bagi sang anak. Pendidikan yang didapatkan merupakan pondasi baginya dalam pembangunan watak, kepribadian dan karakternya.

Jika anak dalam keluarga senantiasa terdidik dalam warna keIslaman, maka kepribadiannya akan terbentuk dengan warna keIslaman tersebut. Namun sebaliknya jika anak tumbuh dalam suasana yang jauh dari nilai-nilai keIslaman, maka jelas kelak dia akan tumbuh menjadi anak yang tidak bermoral.
Seorang anak yang terlahir dalam keadaan fitrah, kemudian orang tuanyalah yang mewarnainya, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ. (رواه البخاري).
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan yang fitrah (Islam), maka orang tuanya yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari)
Untuk itu orang tua harus dapat memanfaatkan saat-saat awal dimana anak kita mengalami pertumbuhannya dengan cara menanamkan dalam jiwa anak kita kecintaan terhadap diennya, cinta terhadap ajaran Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya Shallallaahu alaihi wa Salam, sehingga ketika anak tersebut berhadapan dengan lingkungan lain anak tersebut memiliki daya resistensi yang dapat menangkal setiap saat pengaruh negatif yang akan merusak dirinya.

Agar dapat memudahkan jalan bagi pembentukan kepribadian bagi anak yang shalih, maka keteladanan orang tua merupakan faktor yang sangat menentukan. Oleh karena itu, selaku orang tua yang bijaksana dalam berinteraksi dengan anak pasti memperlihatkan sikap yang baik, yaitu sikap yang sesuai dengan kepribadian yang shalih sehingga anak dapat dengan mudah meniru dan mempraktekkan sifat-sifat orang tuanya
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan di mana anak-anak berkumpul bersama teman-temannya yang sebaya dengannya. Belajar, bermain dan bercanda adalah kegiatan rutin mereka di sekolah. Sekolah juga merupakan sarana yang cukup efektif dalam membentuk watak dan karakter anak. Di sekolah anak-anak akan saling mempengaruhi sesuai dengan watak dan karakter yang diperolehnya dalam keluarga mereka masing-masing. Anak yang terdidik secara baik di rumah tentu akan memberi pengaruh yang positif terhadap teman-temanya. Sebaliknya anak yang di rumahnya kurang mendapat pendidikan yang baik tentu akan memberi pengaruh yang negatif menurut karakter dan watak sang anak.

Faktor yang juga cukup menentukan dalam membentuk watak dan karakter anak di sekolah adalah konsep yang diterapkan sekolah tersebut dalam mendidik dan mengarahkan setiap anak didik.
Sekolah yang ditata dengan managemen yang baik tentu akan lebih mampu memberikan hasil yang memuaskan dibandingkan dengan sekolah yang tidak memperhatikan sistem managemen. Sekolah yang sekedar dibangun untuk kepentingan bisnis semata pasti tidak akan mampu menghasilkan murid-murid yang berkwalitas secara maksimal, kualitas dalam pengertian intelektual dan moral keagamaan.
Kualitas intelektual dan moral keagamaan tenaga pengajar serta kurikulum yang dipakai di sekolah termasuk faktor yang sangat menentukan dalam melahirkan murid yang berkualitas secara intelektual dan moral keagamaan.
Oleh sebab itu orang tua seharusnya mampu melihat secara cermat dan jeli sekolah yang pantas bagi anak-anak mereka. Orang tua tidak harus memasukkan anak mereka di sekolah-sekolah favorit semata dalam hal intelektual dan mengabaikan faktor perkembangan akhlaq bagi sang anak, karena sekolah tersebut akan memberi warna baru bagi setiap anak didiknya.
Keseimbangan pelajaran yang diperoleh murid di sekolah akan lebih mampu menyeimbangkan keadaan mental dan intelektualnya. Karena itu sekolah yang memiliki keseimbangan kurikulum antara pelajaran umum dan agama akan lebih mampu memberi jaminan bagi seorang anak didik.

c. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah komunitas yang terbesar dibandingkan dengan lingkungan yang kita sebutkan sebelumnya. Karena itu pengaruh yang ditimbulkannya dalam merubah watak dan karakter anak jauh lebih besar.
Masyarakat yang mayoritas anggotanya hidup dalam kemaksiatan akan sangat mempengaruhi perubahan watak anak kearah yang negatif. Dalam masyarakat seperti ini akan tumbuh berbagai masalah yang merusak ketenangan, kedamaian, dan ketentraman.
Anak yang telah di didik secara baik oleh orang tuanya untuk selalu taat dan patuh pada perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya, dapat saja tercemari oleh limbah kemaksiatan yang merajalela disekitarnya. Oleh karena itu untuk dapat mempertahankan kwalitas yang telah terdidik secara baik dalam institusi keluarga dan sekolah, maka kita perlu bersama-sama menciptakan lingkungan masyarakat yang baik, yang kondusif bagi anak.

Masyarakat terbentuk atas dasar gabungan individu-individu yang hidup pada suatu komunitas tertentu. Karena dalam membentuk masyarakat yang harmonis setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab yang sama. Persepsi yang keliru biasanya masih mendominasi masyarakat. Mereka beranggapan bahwa yang bertanggung jawab dalam masalah ini adalah pemerintah, para da’i, pendidik atau ulama. Padahal Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam , bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ. (رواه مسلم).
Artinya: “Barangsiapa di antaramu melihat kemungkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak sanggup maka dengan lidahnya, dan jika tidak sanggup maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Jika setiap orang merasa tidak memiliki tanggung jawab dalam hal beramar ma’ruf nahi munkar, maka segala kemunkaran bermunculan dan merajalela di tengah masyarakat kita dan lambat atau cepat pasti akan menimpa putra dan putri kita. Padahal kedudukan kita sebagai umat yang terbaik yang dapat memberikan ketentraman bagi masyarakat kita hanya dapat tercapai jika setiap individu muslim secara konsisten menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, karena Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
Artinya: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah...” (Ali Imran: 110).

Amar ma’ruf adalah kewajiban setiap individu masing-masing yang harus dilaksanakan. Jika tidak maka Allah Subhannahu wa Ta'ala , pasti akan menimpakan adzabnya di tengah-tengah kita dan pasti kita akan tergolong orang-orang yang rugi Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali-Imran: 104).

Untuk itu marilah kita bersama-sama merasa peduli terhadap kelangsungan hidup generasi kita, semoga dengan kepedulian kita itulah Allah Subhannahu wa Ta'ala akan senantiasa menurunkan pertolonganNya kepada kita dan memenangkan Islam di atas agama-agama lainnya. Marilah kita berdo’a kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala .
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ، رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.

Terima kasih telah berkunjung di blog kami.. Semoga bermanfaat!!